Raib menelungkupkan tubuhnya di kasur Seli. Punggung nya bergetar menahan isak tangis. Ia tak mengerti kenapa Ali setega itu kepadanya. Padahal Ali bilang Ali menjemput nya setelah study nya selesai.
Namun,malah pemandangan yang menyakitkan dilihat Raib." hiiiksss hiikss kenapa kamu sejahat itu li? Kamu udah gak cinta sama aku ya?" Monolog Raib lirih.
Seli yang baru selesai membeli makanan menatap nanar Sahabatnya. Tiba tiba handpone Raib berbunyi dan Deg yang menelfon Raib adalah Ali, calon suaminya sendiri.
Telpon
" Hai sayang aku udah di jakarta. Kita ketemuan yuk." Sapa Ali ceria.Deg. Jantung Raib berdetak lebih kencang. Berarti besar kemungkinan bahwa pria tadi adalah Ali.
" Sayang? Kok gak dijawab kamu sibuk ya?" Tanya Ali beruntun.
Raib mengeleng membuyarkan lamunan nya. Ia berusaha menetralkan suaranya agar tidak serak.
" Iya Li. Kamu sharelock aja." Jawab Raib dan mematikan panggilan mereka.
Raib terus menangis. Ia pun ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya dan menganti pakaian.
Setelah Mandi Raib membuka lemari Seli. Tadi Raib cerita dengan Seli. Awalnya Seli tidak mengizinkan Raib bertemu Ali. Namun, Raib memaksa dan berakhir Seli pasrah.
Raib memilih pakaian dan menemukan pakaian yang simple tapi terlihat manis.
Raib mengambil tas sling bag nya dan mengendarai mobilnya ke tempat yang sudah Ali tentukan. Di jalan Raib sesekali masih merenung. Apakah sebaiknya hubungan mereka diakhiri saja?
Tak lama Raib sampai di cafe Melati. Ia melihat Ali yang masih memainkan ponselnya. Raib berjalan anggun menuju tempat Ali.
Ali merasa ada yang didekatnya. Ia pun menengok dan melihat Raib di sampingnya. Ali langsung memeluk tubuh Raib. Dan menuntun Raib duduk.
" Aku kangen kamu sayang. Kamu baik baik aja kan?" Tanya Ali antusias dan hanya diangguki Raib.
Ali menajamkan mata nya saat melihat rok yang Raib pakai sangat pendek. Ia pun melepas jas kantornya dan menaruh di paha Raib untuk menutupinya.
" Aku mau nanya sesuatu Li." Ucap Raib tanpa basa basi.
" Iya sayang tanya apa?" Jawab Ali lembut sambil mengelus pelan tangan Raib.
Raib mengeluarkan handpone nya. Ia memang sempat memotret pemandangan menyakitkan yang dilihat nya.
Raib menaruh handpone yang terlayar Seorang pria yang sedang tertawa bersama dengan wanita hamil. Raib menaikkan sebelah alisnya,bertanya.
" Ini memang Aku sayang. Tapi kamu harus dengerin penjelasan Aku dulu." Ucap Ali
" Udah berapa lama? " Cetus Raib dengan nada datar.
" Sayang dengerin aku dulu. Dia hanya teman kerja sayang. Gak ada apa apa." Jelas Ali.
" Emang ada kantor yang izinin karyawan nya hamil besar?" Tanya Raib sarkas.
" Iya sayang. Tapi bukan teman kerja kantor." Ucap Ali menyakinkan Raib.
" Bullshit awas." ketus Raib menyingkirkan tangan Ali dari tangan nya dan berlari pelan menuju mobilnya.