"Gila, sih Vi. Elo bener-bener sinting!"
Jelas gila dan sinting di sini adalah sebuah pujian untuk seorang gadis remaja yang baru saja melompat dengan begitu lincah melewati tembok sekolahnya.
"Berisik lo, udah cepetan naik, awas aja lo ngintip!" Nevi kesal, dari tadi temannya sangat cerewet.
Tanpa nunggu lama Johnny menyusul untuk melompat sama seperti Nevi. Kalau tidak, bisa di jadiin ayam geprek nanti, mengingat Nevi orangnya emosian.
Keduanya langsung berdiri dan menyapu seragamnya dengan tangan. Namun, pergerakan mereka terhenti saat seorang guru laki-laki dengan penggaris kayu di tangannya berdiri tepat di depan Nevi dan Johnny.
"Mampus kita, Vi!" ujar Johnny, seraya menpuk jidatnya.
"Diem lo, John!" sentak Nevi setengah berbisik.
"Bangga berhasil masuk dengan loncat tembok?" tanya guru itu dengan wajah sangat tak bersahabat. Siap-siap olahraga pagi, itulah yang tersirat dari wajah guru itu.
Keduanya terdiam, terlebih di belakang guru nya ada dua orang siswa yang sama seperti mereka.
"Kalian berempat ikut, Bapak!" katanya lalu mendahului jalan. Semuanya mulai berjalan mengikuti.
"Wiih, mantap ... gue bisa ternyata."
Ucapan penuh kebanggaan itu membuat langkah kelima orang di bawah sana berhenti. Keliamanya mendongak ke arah suara, netra mereka melebar saat menangkap seorang siswa sekonyong-konyong menclok di atas tembok pembatas.
"Kamu." Penggaris kayu panjang milik Pak Anto menghunus tepat pada siswa itu. "TURUN!" katanya.
Si murid sial itu hanya menggaruk kepalanya lalu tersenyum cukup lebar, sedangkan menurut lainnya itu adalah senyum terbodoh yang pernah mereka lihat.
"Ada ya, bocah segoblok itu," bisik Johnny pada Nevi, dia langsung mendapat pelototan Nevi membuat Johnny langsung diam sambil mempoutkan bibirnya.
Siswa itu dengan hati-hati loncat ke bawah, lalu ikut berjalan di belakang Nevi dan Johnny. "Gue kira aman," cicitnya.
🌼
Kelima siswa itu sedang berdiri dengan wajah tertunduk dengan tangan terlipat di belakang. Mereka datang terlambat dan memilih jalan pintas menaiki tembok belakang sekolah agar bisa masuk karena gerbang sudah di tutup.
"Point kalian bapak kurangi 20," kata Pak Anto dingin.
"Lah ... kok 20, Pak?" protes Nevi tidak terima.
"Memangnya kamu mau berapa?" tanya guru itu sungguh tak bersahabat.
"Telat itu cuma 10 point seharusnya, Pak," jawabnya, tidak gentar sama sekali saat menjawab gurunya.
Dari tadi yang berani protes cuma Nevi. Lainnya cuek dan iya heuheuh saja.
"Saya setuju, Pak." Johnny akhirnya buka suara, daritadi dia lagi mikirin pointnya yang udah banyak berkurang. Kalau sekarang dikurang 20 dia bisa digantung di rumah kalau sampai Ayahnya dipanggil ke sekolah.
"Siapa suruh kamu ikutan ngomong." Pak Anto mulai geram dengan mereka.
Pak Anto membuka buku catatannya dan mendapati nama keempat siswa ini yang paling rajin masuk dalam daftar buku bimbingan konseling. Tapi, hari ini mereka kedatangan tamu baru.
"Ya Tuhan ...," Pak Anto nampak frustasi, "Johnny, Tristan, Indira, Nevira" Penggaris kayu itu mengabsen kepala mereka satu persatu. Tidak kencang tapi tetap saja rasanya nyeri. "Bapak sampe bosan lihat nama kalian ada di daftar buku ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENAGERS | NCT & REDVELVET
FanfictionSejak saat itu, kelimanya menjadi sahabat. Berbagi tawa canda dan tangis kebahagiaan. ©️Aster 🌼