Nevi membatu di tempatnya saat seorang pria berjalan bersama Nathan. Ia sedang asik menonton TV saat pintu rumahnya di ketok. Untung ada Nathan, jadi dia tidak perlu repot membuka pintu.
Tapi, tamu tidak di undang itu berhasil membuat mood Nevi anjlok hingga ke dasar jurang terdalam.
"Kamu ada di rumah, Nak?" tanya pria itu, sorot matanya jelas menampakkan kerinduan. Tapi, Nevi tidak peduli.
"Masih tahu jalan pulang," sindir Nevi dari tempatnya.
"Nevira ...." lirih, Dimas memanggil nama putrinya.
"Ayah apa kabar?" tanya Nathan lalu memeluk Dimas.
Keduanya menyalurkan rasa rindu melalui pelukan. Ini kali kedua mereka bertemu setelah hampir tiga tahun Ayahnya pergi dari rumah itu.
"Baik, Nak ... Ayah kangen banget sama kalian."
Dimas mendekat pada Nevi lalu tangannya merentang untuk memeluk. Tapi, Nevi melenggang pergi meninggalkan Sang Ayah.
Nathan tersenyum pedih saat melihat kakaknya mengabaikan Sang Ayah. Mungkin dulu dia masih kecil saat Dimas pergi dari rumah itu. Bahkan saat ibunya meraung menangis meminta ayahnya untuk tetap tinggal, Nathan malah menyembunyikan diri dibalik tubuh Nevi.
Sakit hati yang dirasakan ibunya terlampau nyata dan terpatri dalam hati Nathan. Tapi, tidak ada sakit yang tidak ada obatnya. Karena kini sakit itu berangsur pulih, Nathan dan Nura berangsur mengobati luka itu dengan cara memaafkan.
Namun, tidak untuk Nevi. Karena luka di hatinya masih basah tak kunjung mengering. Kedatangan Dimas kali ini kembali membawa luka yang sedang susah payah ia obati.
Memaafkan mungkin mudah untuk dilakukan, dan Nevi sadar jika ia telah memaafkan ayahnya. Tapi, yang sulit Nevi lakukan adalah melupakan. Rasa sakit yang ayahnya tancapkan begitu dalam sehingga sulit untuk diaembuhkan. Hingga Nevi lebih memilih untuk mengabaikan.
"Ayah duduk dulu, aja." Nathan merasa atmosfer saat ini tidak baik. Ia akan memanggil Nura—ibunya untuk keluar.
Dimas—ayahnya hanya mengangguk lalu duduk di tempat yang sebelumnya di duduki Nevi.
Setelah menunggu beberapa menit, Dimas melihat Nevi turun dari tangga dengan pakaian yang sudah rapi.
"Mau ke mana kamu, Nak?" tanya Dimas saat melihat putrinya itu.
Nevi berjalan melewati Dimas, jangankan berpamitan untuk menoleh saja ia enggan. Sudah dikata, Nevi tidak sudah tidak peduli.
"Kakak, mau ke mana?" tanya Nathan saat melihat Nevi berjalan menuju pintu depan.
"Keluar bentar."
Nathan berlari mendekati kakaknya itu. Lalu menarik lengan Nevi dan menggeleng pelan, berusaha menahan agar kakaknya tidak pergi.
"Apaan, sih?" sentak Nevi.
"Kak, Ayah dateng. Nggak kangen?"
"Nggak," jawab Nevi cepat. "Bilang Ibu, gue pergi." Setelah itu Nevi keluar dengan pintu sedikit dibanting.
Dimas hanya diam memperhatikan, semua memang salahnya. Sehingga putrinya itu berubah membencinya.
Kebodohan terbesar yang pernah ia lakukan adalah pergi meninggalkan keluarga kecilnya itu. Disaat mereka seharusnya tumbuh dengan sosok ayah disisinya. Dimas dengan hati yang membatu malah melangkah menjauh dan berakhir meninggalkan mereka.
Nura menatap iba pada mantan suaminya, iya sama sekali tidak mengajarkan kedua anaknya untuk membenci Dimas. Karena bagaimanapun, Dimas tetaplah ayah kandung mereka. Terlepas apa yang telah ia lakukan padanya, Nura memilih untuk memaafkan walau sakit itu masih ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENAGERS | NCT & REDVELVET
FanfictionSejak saat itu, kelimanya menjadi sahabat. Berbagi tawa canda dan tangis kebahagiaan. ©️Aster 🌼