Teenager | Dua Puluh Empat

163 36 8
                                    

Saat ini Nevi sudah lebih tenang, bahkan kalung pemberian Dimas sudah menggantung dengan manis di lehernya.

keduanya duduk bersebelahan dengan kaki menekuk seraya menatap langit yang dipenuhi bintang. Malam ini cukup cerah sehingga bintang banyak bermunculan tidak seperti biasanya. Nathan yang sempat mengintip merasa lega dan memilih meninggalkan mereka.

Nevi menghela napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dengan lirih ia berkata, "Terima kasih." Ardhan menoleh, menatap Nevi disampingnya.

"Terima kasih, karena elo dan Mama selalu ada di sisi ayah selama masa sulitnya." Nevi memutar duduknya menghadap Ardhan. "Terima kasih, karena elo dan mama udah rawat ayah dengan baik." Tanpa diminta air mata kembali jatuh.

Ardhan kembali memeluk Nevi, menepuk lembut bahu gadis yang telah ia anggap adiknya.

"Gue yang terima kasih, karena elo dan Nathan bahkan Tante Nura mau nerima ayah lagi."

Mengingat bagaimana perlakuan Dimas pada mereka Ardhan pikir Nevi, Nathan bahkan Nura tidak akan mau menerima Dimas kembali. Nyatanya, pikiran Ardhan salah. Keluarga Nevi sangat baik, bahkan Nura menyambut mereka dengan tangan lebar dan berusaha membantu Dimas agar Nevi mau memaafkan sang ayah.

Semua itu membuat Ardhan merasa tertampar karena sebelumnya telah memandang Nevi gadis yang jahat dan tidak memiliki hati. Semua karena foto-foto yang Nevi dan sahabatnya pasang di mading.

Tapi, berkat itu juga Ardhan bersyukur karena ia bisa terlepas dari ayahnya yang selalu mengasarinya. Dan dia jauh lebih beruntung karena Dimas datang dalam kehidupannya dan mamanya walau dengan cara yang salah.

Pelukan keduanya terurai, kali ini Nevi paham dengan perasaan Ardhan dan Maudy saat Dimas datang bagaikan malaikat ke dalam keluarganya. Semua cerita Ardhan malam ini membuat Nevi semakin yakin untuk memaafkan mereka.

Terutama mendiang sang ayah, ia bangga karena memiliki ayah seperti Dimas. Rasa benci perlahan pergi dan tergantikan rasa terima kasih. Karena berkat semua itu Nevi mengerti bahwa hidup tak selalu berjalan seperti apa yang diingini. Terkadang rasa sakit mampu memberikan pelajaran yang sangat berarti.

Nevi tersenyum, "Gue kira hidup lo sempurna, nyatanya kita sama."

Mendengar ucapan Nevi mata  Ardhan memicing, terlebih senyuman kecilnya sedikit membuat Ardhan meringis.

"Keluarga kita enggak baik - baik aja, kita ini anak-anak hebat bisa lewatin semuanya."

"Terima kasih, elo mau repot-repot sampein ini semua. Ayah bangga punya lo." Nevi menepuk bahu Ardhan. Saat ini hatinya lebih baik, setelah semua tangisnya mereda batu besar yang menghimpit dadanya seakan telah terangkat.

"Nev, ayah beruntung punya putri kayak lo. Maafin gue sama mama, seharusnya gue yang ucapin terima kasih bukan elo."

Nevi enggan berlama-lama dalam kegalauan dan kesedihan. Terlebih melihat wajah sendu lelaki di depannya. Ardhan yang selalu ia lihat baik-baik saja ternyata dia paling membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

"Sekarang kita baikan, nih?" tanya Nevi, Ardhan mendongak menatap ragu pada gadis di depannya.

"Kakak, Abang, atau Mas sama kayak Nathan manggil elo?" ledek Nevi diiringi senyuman yang baru kaliini Ardhan lihat.

"Dih, bisa bercanda juga lo?" Pertanyaan Ardhan membuat senyum di wajah Nevi memudar.

Sudut bibir Ardhan terangkat, ternyata memiliki adik perempuan lucu juga. Nevi mau berdiri tapi dengan cepat Ardhan menariknya hingga dia kembali duduk.

"Apaan, sih?" Nada suara Nevi kembali tak bersahabat.

"Bantu gue perbaikin kesalahan gue ke Dira."

TEENAGERS | NCT & REDVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang