Teenager | Sembilan Belas

201 47 1
                                    

Please, be a wise a reader Pren

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri dan komen yes🤗

Untuk typo dan sejenisnya, monggo ingatkan aku, Pren🙋🏻‍♀️

Untuk pembaca setia Teenager, bisa kok klik follow di profil aku.
Gratis dan nggak dipungut biaya apapun🤭

Makasih buat semua Pren yang setia ikutin cerita ini
Lope lope full dari Aster
🌼

Hari ini Tristan tidak masuk sekolah, katanya cowok itu sedang malas makanya milih pergi nemenin Dira. Vian sempat mengomel. Pasalnya mereka sekarang sudah mendekati masa ujian kenaikan kelas. Perihal bealajar Vian memang lebih cerewet pada ketiga Kakaknya itu.

Awalnya Dira juga ngomel sama Tristan karena cowok itu datang ke tempatnya pagi-pagi. Di sana ada Tante Maura yang nemenin Dira, kebetulan Tantenya lagi ada kerjaan di Indonesia. Makanya sekalian aja dia nemenin ponakan kesayangannya itu.

"Lagi ada masalah, ya di rumah?" tanya Dira hati-hati.

"Enggak, gue lagi males aja. Pengen tidur, rasanya capek."

Oke jika Tristan nyebut kata 'capek' berarti dia lagi nggak baik-baik aja. Dira mengerti dan membiarkan cowok itu berbaring di sofa dengan lengan menutup matanya.

"Tidur aja kalau gitu, gue mau nonton tv." Dira ambil remot di meja dan menghidupkan tv di depannya.

"Di, rasanya gue pengen nyerah sama keluarga gue."

Dira menghentikannya jarinya yang sedang mencet remot. Kepalanya menoleh menatap Tristan yang masih nutup matanya pake lengan.

"Capek banget gue harus pura-pura jadi orang lain." Senyum getir terurai dari bibir Tristan.

"Tan ...."

"Padahal yang terjadi sama Bang Teo bukan kemauan gue."

Dira membiarkan Tristan mengeluarkan unek-uneknya.

"Di, apa gue pergi aja dari rumah? Atau pergi selama-lamanya nyusul Bang Teo biar orang tua gue sadar kalau gue Tristan bukan Teondra."

Sungai bening mengalir melalui kedua mata Tristan. Hati Dira begitu nyeri saat sahabatnya berkata seperti itu. Dira mendekati Tristan, perutnya membuat ia tidak leluasa untuk sembarangan bergerak.

Dira duduk di lantai, ia menatap parau pada Tristan. Tangannya menarik lengan yang menutupi mata Tristan. Hatinya semakin sakit saat melihat mata sembab cowok itu.

"Lihat gue, Tan ...," pinta Dira. Perlahan Tristan membuka matanya.

Jemari lentik Dira mengusap lembut jejak air mata di wajah Tristan.

"Jangan pernah mikir buat pergi, Tan. Hati gue sakit dengernya." Dira tidak ingin kehilangan orang yang ia sayangi dari hidupnya.

"Tapi, gue—"

"Gue nggak terima alasan apaapun." Dira menyela, "elo itu berharga buat gue, Nevi, Johnny juga Vian. Selama ini, siapa yang selalu nguatin kita? Elo, Tan."

"Gue nggak mau elo mikir buat pergi. Kalau elo capek, istirahat. Kita bakalan selalu nemenin elo. Tapi, please jangan pernah mikir buat pergi."

Isakan lolos dari bibir Dira. Tristan merasa bersalah karena telah membuat sahabatnya bersedih. Ia segera bangun dan ikut duduk di lantai bersama Dira. Tristan memeluk Dira erat, bodoh karena pikiran gilanya ia membuat Dira bersedih, ia khawatir jika kandungan Dira akan bermasalah karena Dira stress. Seharusnya ia tidak bercerita pada Dira. Cewek itu tidak boleh memikirkan hal berlebih.

TEENAGERS | NCT & REDVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang