Teenager | Dua Puluh

191 48 8
                                    

Nevi memasuki rumahnya dengan malas. Ia tidak suka jika orang lain tiba-tiba berkunjung ke rumahnya tanpa memberi kabar terlebih dulu.

Tamu tak di undang itu langsung berdiri saat melihat Nevi berjalan ke arah ruang tamu. Nura tersenyum karena putrinya sudah sampai.

"Tante tinggal dulu, ya," pamit Nura. Ia menepuk bahu Nevi dan memberi isyarat untuk putrinya agar lebih ramah pada tamunya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Nevi tanpa salam pembuka.

"Maaf aku dateng tanpa bilang, dulu sama Kakak," katanya dengan wajah menunduk.

"Di luar, gue nggak mau orang rumah denger." Nevi berjalan lebih dulu keluar rumah.

Sekarang keduanya duduk di teras, tamunya masih diam karena ia takut untuk mengatakan maksud tujuannya.

"Kenapa jadi diem?" Nevi tidak sabar untuk menunggu. "Ngapain elo ke sini?"

"Kak, aku mau minta maaf untuk kejadian tadi siang di sekolah."

"Nggak penting, udah itu aja, kan yang mau lo omongin?"

"Kak dengerin aku dulu, aku mau minta maaf juga karena aku Kak Ruri jadi jadiin Kak Johnny targetnya."

Nevi mengepalkan tangannya kuat hingga buku buku buku jarinya memutih.

"Maksud lo?" Ia menatap nyalang pada Nera.

"Maafin aku, Kak. Aku nggak tahu kalau Kak Ruri semarah itu aku deket sama Kak Johnny."

"Lagian elo goblok, udah tahu Ruri suka sama elo. Elo malah mau-maunya dideketin Johnny."

"Aku nggak suka sama Kak Ruri,"

"Bukan urusan gue."

"Sekarang aku takut Kak," cicit Nera.

"Bukan urusan gue, udah pulang sana!" usir Nevi terang-terangan.

"Kak please  bantu aku, aku nggak suka Kak Ruri. Aku juga nggak mau kalau Kak Johnny kenapa-napa nantinya."

"Itu urusan elo sama Johnny, gue ogah ikut campur."

"Aku cuma punya Kakak buat minta bantuan," cicit Nera dengan kepala menunduk. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya keluar juga.

Ia sangat takut, dulu saat ia belum tahu sifat jeleknya Ruri ia senang-senang saja didekati oleh kakak kelasnya itu. Namun, saat keburukan Ardhan terbongkar, maka sahabatnya yang lain pun ikut keluar sifat aslinya. Ia bingung dan memilih menjauhi Ruri. Tapi, sekarang semua terasa rumit.

Nevi memang malas ikut campur dengan urusan orang lain, tapi sepupunya ini salah satu orang yang harus ia lindungi. Bagaimanapun Nera adalah sepupunya. Walau jarang ada yang tahu, bahkan sahabatnya.

"Diem jangan nangis, gue nggak mau Ibu nyangka gue yang bikin lo nangis. Gue bantu bilang ke Ruri nanti, biar Johnny jadi urusan gue."

"Makasih, Kak." Nera memeluk Nevi erat. Ia bersyukur karena dibalik sifat cuek dan juteknya, kakak sepupunya itu masih peduli.

Nevi berdecak, masalah di hidupnya sudah banyak. Ini ditambah lagi masalah adik sepupunya. Dengan Ardhan saja ia masih enggan untuk menyelesaikannya.

Hidup memang terkadang sangat senang memberikan masalah. Tapi jika tidak ada masalah dalam hidup yang dijalani, semua pasti terasa hambar. Manusia memang suka seperti itu.

🌼

Johnny sudah ada di rumah Nevi pagi sekali. Ia sadar jika cewek itu marah kepadanya. Makanya pagi ini ia membujuk Nevi untuk ikut berangkat sekolah bersama. Tapi, saat ia tiba di depan rumah, gadis itu sudah tidak ada. Keterangan yang ia dapat dari Nathan gadis itu sudah pergi sebelum matahari nongol diperadaban.

TEENAGERS | NCT & REDVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang