Teenager | Dua Belas

217 49 0
                                    

Please, be a wise a reader and say no to plagiarsm
Don't forget to vote and comment
Lope full from Aster

Bab ini aku bikinnya sampai 2k kata, jadi maaf ya kalo kepanjangan...

So, keep support cerita ini dengan vote & comment
Makasih sayang-sayangku...

🌼

Tepat dua minggu Vian menjauhi Tristan, Johnny, dan Nevi. Dira masih tinggal bersama orang tuanya di Ausi, mereka belum bisa merelakan Dira untuk kembali tinggal sendiri.

Balik pada Vian, cowok itu beberapa kali lebih memilih berdiam diri di kelas. Bahkan saat Tristan menghampirinya di kelas, Vian menolaknya terang-terangan.

Johnny melihat ada yang tidak beres pada si bontot itu. Ia tahu, jika Vian sedang memendam masalahnya seorang diri.

Kini, saat yang lain sibuk mengantre makanan di kanten, Johnny maksimalkan waktu istirahat untuk bicara dengan Vian tanpa sepengetahuan Nevi dan Johnny. Ia tahu, jika ketiganya mendatangi bocah itu, maka dengan gamblang pula Vian memberikan berjuta alasan untuk menolak.

Johnny dan Vian duduk di bawah pohon belakang sekolah. Sedikit berkilah, akhirnya Johnny berhasil membawa Vian ke sana.

"Elo kenapa?" tanya Johnny to the point.

Vian menoleh pada Johnny, mau disembunyikan segimanapun mereka pasti akan mempertanyakan perubahan Vian.

"Gue nggak pernah tahu apa yang terjadi sama lo, karena elo menutup akses untuk gue ataupun yang lainnya tahu." Johnny pantang berbasa-basi.

"Gue baik-baik, aja, Bang." Suara Vian mengutarakan sebaliknya. Johnhy melihat dengan jelas dari gerak tubuhnya.

"Gue nggak nanya elo baik atau nggak." Johnny menatap Vian sekilas lalu balik menatap langit yang nampak cukup cerah siang itu.

"Gue nggak tahu apa yang lagi elo alamin. Tapi, gue ataupun yang lain selalu coba pahamin semampu yang kita bisa, Yan."

"Elo kenapa, sih, Bang? Gue baik-baik, aja."

Johnny paham, semakin Vian bilang baik-baik saja maka sebenarnya Vian sedang butuh seseorang untuk mengerti dirinya yang sedang tidak baik.

"Elo nggak sendiri Vian ... kita selalu ada di sini buat elo."

Vian semakin menegarkan hati untuk tidak terbawa suasana. Ia benar-benar sedang mempertaruhkan persahabatan mereka di depan kedua orang tuanya. Dan Vian, tidak mau mereka tahu.

Johnny menepuk pelan bahu Vian. "Pelan-pelan aja, Yan ... gue nggak maksa elo buat cerita sekarang. Tapi, gue cuma pengen elo tahu kalau kita peduli dan kita siap untuk berbagi segala masalah yang elo hadapin."

Johnny kembali menepuk bahu Vian seraya tersenyum. Lantas dia berjalan meninggalkan Vian bersama pikirannya. Sekiranya, Johnny berharap Vian mengerti bahwa mereka akan selalu ada disamping bocah itu.

"Bokap maksa gue jauhin kalian." Vokal Vian lantang menyuarakan masalahnya.

Seketika langkah Johnny berhenti. Kedua tangannya mengepal kuat, ia berusaha tersenyum. Jelas cowok jangkung itu tahu bagaimana tidak sukanya kedua orang tua Vian pada mereka.

Yang pernah Johnny dengar sendiri, ayah Vian pernah bilang kalau berteman dengan mereka hanya membawa pengaruh buruk untuk putranya. Nyatanya, tidak sepenuhnya benar. Nilai nilai Vian masih tetap bagus, dan bocah itu tetap mempertahankan juara kelas sampai sekarang.

TEENAGERS | NCT & REDVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang