Teenager | Dua Puluh Dua

138 39 5
                                    

Hari ini begitu melelahkan  bagi Nevi. Tristan masih menutup rapat bibirnya untuk bercerita. Sampai akhirnya mereka memilih untuk ke apartemen Dira.

Beruntung, malaikat kecil dalam perut Dira membuat keduanya merasa lebih baik. Terutama Tristan.

Tepat jarum jam di tangan Nevi berada di angka sembilan, mobil Nevi tiba di rumah. Baru saja ia keluar dari dalam mobil. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya.

Perempuan itu hanya menghela napas lelah, sudah cukup untuk hari ini. Ia ingin istirahat. Sungguh. Biasanya malam minggu ia habiskan hingga tengah malam berada di luar rumah. Tapi hari ini, ia sungguh lelah.

"Kamu baru sampe rumah?" tanya tamu tak diundangnya.

"Hmm," jawab Nevi.

"Gue ke sini karena ambil pesenan Mama."

Nevi menggigit bibir bawahnya hingga meringis. Dia lupa akan tujuan awalnya menjemput Tristan tadi pagi.

Ardhan menatap hampa pada Nevi, sepertinya meluluhkan hati gadis itu sangat sulit. Ia teringat saat Dimas menceritakan putri kebanggaan yang begitu pria itu sayangi.

Menghindari hal lainnya Nevi segera mengambil sebuah paper bag yang cukup besar di dalam mobilnya. Lalu ia mendekati Ardhan dan memberikannya.

"Gue ... nggak di suruh mampir dulu?" tanya Ardhan ragu. Paper bag itu sudah berpindah ke tangannya.

"Udah malem, Mama kasihan sendiri. Elo-elo pulang aja."

Nevi sama sekali tak menatap Ardhan saat bicara.

"Kata Ibu elo sendirian di rumah, elo ke rumah Mama aja," kata Ardhan sedikit ragu.

"Gue udah biasa sendiri," balas Nevi dengan cepat. Semua itu cukup jelas jika gadis itu tak ingin diganggu.

"Vi, sampai kapan elo bisa terima gue?" Suara Ardhan begitu lirih mengucapkannya.

"Gue capek, gue mau istirahat. Elo pulang aja." Kembali Nevi meminta lelaki itu pergi. Gadis itu berbalik dan berjalan masuk.

"Vi, gue mohon ...."

Nevi cuma bilang. "Kasih gue waktu buat terima elo."

"Sampai kapan? Banyak hal yang mau gue ceritain ke elo—" Ardhan menjeda ucapannya. "—tentang ayah."

Nevi terdiam tidak mampu mengatakan apapun.

"Gue emang pantas untuk dibenci, tapi please, beri gue kesempatan untuk meluruskan semuanya. Setelah itu gue rela untuk tetep dibenci."

Nevi mengepalkan tangan, ia ingin mendengar semua cerita lelaki itu. Tapi, hati kecilnya masih bersikukuh untuk menolaknya. Tanpa kata, ia kembali berjalan masuk ke dalam rumah.

Dengan kepala tertunduk, Ardhan berbalik menuju mobilnya.

"Perjuangan lo belum ada apa-apanya, bro." Vokal Johnny berhasil membuat kepala Ardhan terangkat.

"Jo?"

Lelaki jangkung itu tertawa, niat awalnya ia ingin meminta maaf pada Nevi karena gadis itu sudah beberapa hari mendiamkannya. Namun, Johnny malah melihat Ardhan di sana. Mau tidak mau ia mendengar yang tidak seharusnya ia dengar.

"Nevi itu aslinya baik ... banget," Johnny menepuk bahu Ardhan. "Jadi, gue yakin dia itu sebenernya mau dengerin semua penjelasan lo."

Lensa pekat Ardhan menatap Johnny dengan teduh. Perkataan Johnny bagaikan sengatan listrik untuknya. Lelaki itu akan terus berusaha untuk bisa bertemu dan bicara dengan Nevi.

TEENAGERS | NCT & REDVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang