Teenager | Tiga Puluh Empat

76 14 0
                                    

Sumpah demi apapun Nevi tidak ingin terpengaruh oleh ucapan Ruri kemarin lusa. Tapi, hingga hari ini ia belum mendapatkan kabar dari Ardhan, pun dengan Dira.

Ia benci jika harus menunggu lebih lama lagi. Ia mengesampingkan egonya untuk menghubungi Johnny lebih dulu mengingat keduanya sedang perang dingin.

Kejadian dua hari lalu membuat sahabat sejak embrionya itu sedang mendiaminya. Jangan salahkan Nevi jika dua hari lalu ia membentak Nera pasalnya sepupunya itu telah membuat Johnny salah paham padanya, mengingat itu Nevi kembali kesal.

Tapi, ia harus mengesampingkan amarah itu lebih dulu. Karena baginya yang terpenting saat ini Dira dan Ardhan.

Tepat Nevira menginjakkan kaki di depan rumah Johnny, cowok jangkung itu keluar bersama Nera.

Ketiganya nampak canggung, Nevira hanya diam menatap Nera dan Johnny bergantian.

"Kenapa?" tanya Johnny, singkat tidak ada nada kelembutan seperti biasanya.

"Gu-gue mau minta tolong," jawab Nevira. Entah kenapa ia mendadak gugup.

Nera menarik lengan Johnny, menatap penuh pinta pada cowok itu.

"Tenang, kita tetep jadi pergi, kok." Johnny mengabaikan ucapan Nevira.

Mendengar itu, sekujur tubuh Nevira seakan disiram air es. Dingin dan membeku. Ia tidak menyangka kesalahannya dua hari lalu membuat Johnny mengabaikannya. Semua itu karena ia memarahi Nera dua hari laku. Bahkan Johnny sampai saat ini tidak mau mendengarkan penjelasan Nevira.

Sejak awal Nevira telah berusaha membantu Nera untuk lepas dan jauh dari Ruri, tapi nyatanya sepupunya itu malah menusuknya dari belakang. Bukankah sakitnya menjadi berkali-kali lipat, bahkan sekarang Johnny ikut marah kepadanya.

Memang benar, bahwa sifat manusia itu tidak bisa berubah dengan mudah. Contohnya Nera, Nevira kira sepupunya itu sudah berubah ketika ia datang ke rumah dan menangis meminta bantuannya untuk dijauhkan dari Ruri. Nyatanya, tidak ... Nera masih sama seperti dulu.

Johnny membuka suara karena Nevira sejak tadi terdiam. "Sorry, gue udah ada janji sama Nera. Sekarang gue pergi dulu, mungkin nanti elo bisa balik lagi." Jujur Johnny tidak ingin membuat Nevira sakit hati akan sikapnya. Tapi, jika tidak digubris Nevira tidak akan berubah.

"Ta-tap ...."

"Maaf ya, Kak Nevi. Kak Jo pergi sama aku dulu," potong Nera dengan hati penuh kemenangan.

Belum juga Nevira menjawab, keduanya sudah main pergi saja. Netra Nevira hanya mampu menatap punggung keduanya yang menghilang manakala masuk ke dalam mobil.

"Perasaan masalah nggak ada habisnya, deh di hidup gue. Sebenarnya hidup gue genrenya apa, sih?"

======

Berbicara dengan Johnny sama sekali tidak membantunya, Nevira memilih untuk pergi ke rumah Maudy. Devan dan Tristan sedang tidak bisa diganggu, entah kenapa semua sahabatnya ikut menghilang dan mendadak sibuk degan urusannya masing-masing. 

"Nevi?" Maudy terkejut ketika anak gadis dari suaminya itu ada di depan pintu, namun dengan segera ia menetralkan ekspresinya.

"Ma," sapa Nevira lalu salim kepada Maudy.

"Masuk dulu sayang," ajak Maudy diikuti oleh Nevira.

"Ma, Ardhan-nya ada? aku mau ketemu,"

Maudy bingung harus menjawab apa pada gadis di depannya ini, ia tidak ingin Nevira tahu apa yang telah terjadi kepada putranya. Maudy hanya diam seraya menatap iba pada Nevira.

"Ma, Ardhan ada?" tanya Nevira dengan penuh harap, sudah seminggu terakhir eksistensi laki-laki itu mendadak menghilang dari indera penglihatannya bersamaa dengan para sahabatnya yang ikut sibuk dengan urusan masing-masing.

"Iya, sayang ... maaf, Ardhannya lagi pergi," jawab Maudy, "tadi sih, katanya mau ke rumah temannya, siapa gitu Mama lupa namanya," lanjutnya.

Nevira mengangguk, ia merasa semua orang disekeliingnya mendadak menjauh dari sisinya. 

Nevi hanya bisa membulatkan bibirnya mendengar jawaban Maudy.

"Yaudah, deh Ma ... kalau Ardhannya nggak ada, aku langsung pulang ya."

"Kenapa langsung pulang? Sini aja dulu, Mama juga belum keluarin minum buat kamu."

"Nggak pa-pa Ma, aku mau ke rumah Tristan habis ini." Bohong Nevira.

"Yaah, cepet banget sih pulangnya." Maudy terlihat begitu berat ditinggal Nevira.

Semenjak Nevira menerima keberadaannya, Maudy sangat bahagia. Ia sudah menganggap Nevira seperti anak kandungnya. Sejak dulu ia memang sangat menginginkan anak perempuan.

"Kamu tunggu sebentar, ya," pinta Maudy.

Tak lama ia kembali keluar dari dapur dengan satu sekotak kue.

"Ini untuk di rumah,"

"Jadi ngerepotin, Ma."

"Enggak dong, salam buat Ibu kamu ya."

Nevira mengangguk dan mengucapkan terima kasih dan setelahnya ia berpamitan untuk kembali mencari Ardhan dan Dira.

"Ma, kalau Ardhan pulang. Aku minta tolong suruh dia balas chat aku, ya, Ma," pinta Nevira yang dibalas anggukan oleh Maudy.

Jelas terlihat dari raut Maudy bahwa ada yang disembunyikan. Nevira masih bertanya-tanya akan hal itu.

Belum lagi sahabat yang selalu ada membantu dan berada disisinya sedang tidak ada satupun membuat Nevira merasa terasingkan dan ditinggalkan.

"Gimanapun caranya gue harus ketemu Ardhan sama Dira," monolog Nevira.

Love from Aster
💙

Hey, preeen
Aku kembali ... yeeeaaay🥳
Nih sesuai janji aku buat kasih visual Ardhan, dan taraaaaaaa inilah sosok Ardhan yang sudah kujanjikan di part 31, eeh malah keluar di part ini
Maafkan aku ya, preeen🙇‍♀️

Oia, sampai sekarang gimana menurut kalian cerita ini. Masih ada yang nungguin nggak?
Cuung yang masih nungguin🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

 Masih ada yang nungguin nggak? Cuung yang masih nungguin🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tadaaaaa, ini dia sosok Ardhan yang selalu aku bayangin pas lagi nulis. Tapi, kalian bebas mau pakai siapapun ini hanya visual dari aku aja

Happy reading preen
🌼😍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEENAGERS | NCT & REDVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang