Mengingat perlakuan Ruri tadi siang di belakang sekolah, Nevi jadi tidak tenang. Ia takut cowok gila itu akan melakukan hal yang aneh pada Johnny maupun Nera jika kedua orang itu tidak bisa dijauhkan.
"Masa bodo, itu bukan urusan gue." Nevi berusaha meyakinkan dirinya jika ia tidak perlu repot-repot menjauhkan keduanya.
Masa bodo dengan apa yang akan dilakukan oleh Ruri. Johnny sudah besar, terlebih Johnny pemegang sabuk hitam.
"Jangan ikut campur, Nev... jangan ikut campur ...," racau Nevi, ia sungguh dibuat pusing.
"Johnny pasti bisa sleseiin sendiri, jadi elo JANGAN—"
Suara Nevi melengking ketika seseorang memegang bahunya. Ia terkejut bukan main. Ia sedang tidak fokus.
"Gila, elo mau bikin gue mati berdiri?" pekik Tristan, Jantungnya sampai dibuat loncat oleh suara Nevi.
"Yang ada elo!" sungut Nevi seraya mencebik. Perihal terkejut, Nevi tidak kalah terkejutnya.
"Kenapa, sih?"
Yang ditanya hanya menggeleng sambil berdecak. Nevi sulit menjelaskannya. Tristan memilih tidak melanjutkan pertanyaannya.
"Gue cari-cari ternyata di sini." Vokal Vian membuat keduanya menoleh.
"Bang, ini catetan yang elo minta." Sebuah buku perpindah ke tangan Tristan.
"Catetan apa?" tanya Nevi penasaran.
"Catetan matematika kelas 11," jawab Vian.
"Kok?" Mata Nevi menatap keduanya bergantian. Tristan dan Vian tertawa, "Jangan ketawa gue nanya."
"Gini loh, Vi ... Vian kan pinter, makanya gue minta tolong dia bikinin gue catetan. Bentar lagi ujian, makanya gue mau belajar dari catetan yang dibuat dia."
"Gaya banget, lo, Tan ...."
"Eits, anda jangan salah. Gue ini sebenernya pinter. Kalo rajin dikit aja, gue enggak beda jauh sama Vian."
"Pede banget, Tan ... Tan ...." Nevi menepuk bahu Tristan seraya menatapnya dalam. "Terus kenapa yang buat catetannya Vian?"
"Aduh, udah kenapa, sih!" Vian berdiri diantara Tristan dan Nevi. "Itu emang maunya gue, Kak."
Mendengar penjelasan Vian, Nevi cuma mengangguk. Jelas tidak perlu diragukan jika Vian itu sangat baik dan memang pintarnya kebangetan. Bayangkan, semester lalu ia menjadi juara satu pararel di angkatannya. Karena hal itu pula kedua orang tuanya tak lagi meragukan Vian.
"Jo mana Vi?"
"Biasa, lagi gencar deketin Nera."
Kedua lelaki itu hanya berkata oh mendengarnya.
"Yaudah, pulang bareng, kan?" tanya Vian yang langsung diangguki Tristan dan Nevi.
Pada akhirnya Nevi melupakan keresahannya untuk sejenak. Perihal perasaan seseorang di tidak berhak untuk ikut campur.
🌼
"Ngapain lo di sini?"
Ardhan hanya tersenyum saat mendapatkan sapaan tak bersahabat dari Nevi.
"Eh ... kok, anak cantiknya ibu seperti itu ke tamu?" kata Nura yang datang dengan nampan berisi minuman untuk tamunya.
"Ibu, Kapan pulang?" Nevi lalu beralih mendekati Nura.
"Tadi sore." Nura mengecup pipi Nevi setelah menaru minuman ke atas meja. Lalu ia mengusap surai pekat putrinya. "Ayo duduk dulu," ajak Nura.
"Ibu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENAGERS | NCT & REDVELVET
FanfictionSejak saat itu, kelimanya menjadi sahabat. Berbagi tawa canda dan tangis kebahagiaan. ©️Aster 🌼