2. BEDA TUJUAN

15.1K 1.1K 39
                                    

2. BEDA TUJUAN



" Kamu lihatin apa dan dan nyariin siapa sih yang? " Tanya mas Juna sambil kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mengikuti ulahku. 

" Gak kok mas gak ada apa-apa dan gak ada siapa-siapa. " Jawabku sambil menyimpan HP ke dalam tas. 

" Kamu belum jawab pertanyaan ku yang tadi. Kamu lagi deket sama cowok lain?" Tanya mas Juna dengan menatap tajam kearahku. 

" Gak ada cowok lain mas, aku gak lagi dekat dengan siapapun." Jawabku. 

" Kalau gak ada cowok lain, kenapa minta udahan? " Tanya mas Juna dan masih menatapku dengan tatapan tajamnya. 

Kuhela napasku dalam-dalam. " Mas udah kubilang aku butuh kepastian dan kejelasan hubungan kita. Kita udah jalan 3 tahun itu bukan waktu yang sebentar, harusnya kita udah membahas masa depan hubungan kita, usia kita juga udah bukan remaja lagi mas. Selama ini aku gak pernah bertanya dan menuntut  mas tentang pernikahan bukan berarti aku gak pengen menikah tapi aku menunggu mas siap membahas tentang pernikahan." Jawabku

Mas Juna memejamkan mata dan mengacak rambutnya frustasi lalu menatapku kembali.
" Aku belum siap menikah Dev. "Ucapnya.

Aku terkesiap ketika dia memanggil dengan namaku, bukan dengan panggilan sayang seperti yang biasanya ia lakukan. Kalau sudah seperti itu tandanya memang dia sedang emosi. 

" Aku belum siap dan belum mampu, kamu tau sendiri gimana kerjaan aku. Aku merasa belum mampu bertanggung jawab atas hidupmu. Apalagi memikirkan kalau nanti kita menikah dan punya anak itu semua butuh biaya dan aku gak sanggup Dev. Jujur aku memang tidak berencana untuk menikahimu,atau mungkin belum punya rencana menikahimu. " Ucapnya. 

Hatiku seperti tercubit mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh mas Juna. Apa katanya tadi kalau dia tidak berencana menikahiku? Lalu apa artinya waktu 3 tahun yang kita lewati selama ini? Sungguh rasanya ingin ku berteriak mengeluarkan segala sumpah serapah dan makian kepada mas Juna. Bisa-bisanya dengan lancar dia mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu. 

" Aku tau kok kalau mas memang belum siap menikah. Tapi aku gak menyangka kalau mas gak ada rencana untuk menikahiku. Jujur aku kecewa mendengarnya mas, ternyata 3 tahun ini hanya membuang waktu sia-sia." Ungkap ku dengan napas yang tercekat dan mataku mulai berkaca-kaca. Sebisa mungkin aku menahan air mataku agar tidak tumpah di hadapan mas Juna. Aku tidak mau terlihat lemah di hadapan mas Juna. 

" Berarti mas juga tau kan keputusanku apa, aku mau kita udahan mas. Aku gak mau menjalani hubungan yang gak jelas tujuannya. Tujuanku menikah, tapi mas gak mau menikah. Jelas kita berdua beda tujuan mas." Ucapku. 

Hening, tak ada lagi jawaban dari mas Juna entah dia sedang berpikir mencari jawaban atau memang tidak lagi mau membantah kata-kataku. Kulihat mas Juna menyeruput caffe latte yang sejak tadi belum diminumnya.

Akupun juga diam tak lagi meneruskan pembahasan soal kepastian hubungan kami. Aku sibuk menahan tangisku, mengatur napasku dan luapan emosiku setelah mendengar apa yang mas Juna katakan tadi. Kuambil dan kunikmati roti bakar yang sejak tadi belum tersentuh. Karena sayang jika sudah dibeli tapi gak dimakan. Mubadzir dan pemborosan. 

Melihat jam di HP menunjukkan pukul 13.00, teringat aku belum sholat dhuhur segera kuhabiskan roti dan milkshake milikku.

" Mas aku mau sholat dhuhur dulu ke mushola." Kataku sambil menunjuk ke arah mushola yang ada di pojok kanan cafe ini. 

" Mas mau ikut sholat gak?" Tanyaku. 

" Kamu aja yang sholat aku disini aja, setelah kamu selesai sholat kita pulang." Jawabnya dengan ketus.

MENIKAHI DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang