5. FERDY ALDIAN MAHENDRA

13.1K 1.1K 47
                                    

5. FERDY ALDIAN MAHENDRA


" Loh mas nya yang tadi siang bantuin saya angkat kardus di Dapur Es kan?" tanyaku ketika aku mulai ingat dengan wajah laki-laki di sampingku ini.

" Ekhemm." menganggukkan kepala.

"Jawabannya cuma pake deheman doang nih gak ada yang lain, mana tuh muka datar amat. Jadi nyesel tanya, tau gitu mending pura-pura gak ingat aja." aku menggerutu dalam hati. Memutar bola mata jengah kuputar tubuhku yang semula agak serong kearahnya kembali ke posisi semula yang menghadap ke depan.

" Kalian berdua udah saling kenal?" kali ini mas Tito bertanya kepadaku dan si laki-laki datar disampingku.

" Udah."

"Belum."

Jawab kami bersamaan.

Aku menoleh kepada laki-laki di sampingku, menaikkan alis "udah kenal, kapan kenalannya?" tanyaku padanya.

Tapi yang ditanya cuma mengedikkan bahu sambil memakan kacang dengan santainya.

"Ciiieeee...jawabnya barengan." sorak mas Tito dan mas Radit kompak.

Tuh kan apa aku bilang, kalau duo gesrek ini disatuin ujung-ujungnya bikin emosi. Kali ini kubiarkan lolos ejekan dari mereka berdua karena aku sedang malas, biarkan mereka merasa senang untuk sementara.

" Kenalan dulu dong, kan Devi belum kenal. siapa tau kalau udah kenal bisa jadi sayang. Tak kenal maka tak sayang." Goda Mas Tito padaku dengan memainkan alisnya.

Memutar bola mata jengah " Apasih mas pakai sayang-sayangan segala." jawabku merengut.

Tiba-tiba dari samping kanan sebuah tangan terjulur kepadaku, bergantian kutatap tangan yang terjulur dan si pemilik tangan. " Apa?" tanyaku.

Laki-laki datar itu memainkan mata mengarah ke tangannya yang masih terjulur "cepetan udah pegel tanganku." katanya

Dengan malas akhirnya kujabat juga tangannya. Sebenarnya ingin kubiarkan saja tangannya terjulur sampe kram, jika tidak ingat pelajaran PPKn bahwa itu merupakan tindakan tidak terpuji. Maka dengan terpaksa kujabat juga tangannya.

"Devi."

" Ferdy Aldian Mahendra."

" Dev, Ferdy ini masih single loh, udah mapan juga dia kan PNS sama kayak kamu. Dia baik, tidak sombong, pekerja keras dan rajin menabung. umurnya 31 tahun, sama kayak aku dan Tito. Masih muda." terang mas Radit yang lebih mirip kayak dia lagi promosiin temenya buat di jual di lapak jual beli online.

" Siapa?" tanyaku

" Si Ferdy."

" Yang nanya." Kataku lagi.

Mengerucutkan bibir "mesti." Setelahnya mas Radit cuma nyengir kuda. Aku hanya bisa menggelengkan kepala, menghadapi mas Radit dan mas Tito memang butuh stok sabar.

Seperti yang pernah aku bilang kalau mas Radit dan mas Tito ketemu pasti ujung-ujungnya aku cuma jadi obat nyamuk. Kayak sekarang nih mas Tito, mas Radit, ditambah mas Ferdy tengah asyik sendiri entah apa yang mereka bahas. Walaupun sebenarnya yang paling heboh cuma si duo gesrek aja sih, karena mas Ferdy cuma sesekali menimpali itupun masih dengan muka datarnya. Gak ada senyum apalagi ketawa ngakak kayak duo gesrek yang kini sudah pindah posisi duduk di hadapanku.

Masih menjadi misteri, bagaimana bisa ketiga manusia ini bersahabat. Yang dua gesrek nya minta ampun udah mirip kutu loncat, yang satu irit bicara,datar,kaku udah persis kayak triplek aja. Tanpa sadar kutatap dan kuamati mas Ferdy.

MENIKAHI DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang