21. SUKA

7.4K 812 46
                                    

Bagiku dan keluargaku hari Minggu adalah hari libur dari segala aktivitas dan rutinitas yang biasa dilakukan di hari-hari yang lain. Di keluargaku hari Minggu benar-benar hari libur, libur memasak, libur dari kegiatan laundry, libur beberes rumah, aktivitas yang dikerjakan paling hanya menyapu rumah dan membereskan kamar masing-masing. Pokoknya hari Minggu di keluargaku adalah hari untuk santai dan rebahan. Kecuali jika memang ada hal yang tidak bisa dikerjakan di hari lain, biasanya akan dikerjakan di hari Minggu, seperti pagi ini aku membantu ibu untuk merapikan koleksi tanaman miliknya yang seminggu ini tidak terjamah. Karena memang seminngu ini ibu sudah disibukkan untuk mengurus persiapan Haul dari mbah putri yang dilaksanakan Jumat kemarin.

“Bapak kemana buk? tanyaku saat menghampiri ibu yang tengah merapikan daun kering.

“Beli sarapan sama Sukma.” Hubunganku dengan ibu mulai mencair dan membaik, ibu tak lagi mengabaikan aku. Aku sangat senang hubunganku dan ibu sudah kembali seperti sebelumnya, aku tak tahu pasti apa yang bisa membuat ibu melunak yang jelas ini pasti ada peran Bapak yang membuat ibu akhirnya melunak kepadaku.

“Pantesan kok nggak ada biasanya kalau minngu pagi gini bersihin sangkar Lovebird disitu.” tunjukku pada tempat di sebelah rak bunga yang biasa digunakan Bapak membersihkan sangkar Lovebird.

“Kamu kelamaan di toilet, makanya nggak lihat Bapak pergi sama Sukma.”

“Habis mules banget buk, 2 hari nggak setor.” aku meringis memang aku punya kebiasaan aneh yang sebenarnya nggak  baik yaitu suka berlama-lama di toilet.

“Kamu semalam jalan sama temannya Firman?” ibu menoleh sesaat ke arahku.

“Jalan bareng berlima kok buk, sama mas Firman dan mbak Wina juga.” jawabku sambil menyemprot bunga yang ada di rak.

“Sapta kan namanya?”

Aku mengangguk. “Iya.”

“Gimana orangnya?”

"Gimana apanya buk, biasa aja. Baru juga kenal."

"Ibu perhatikan sepertinya dia tertarik sama kamu."

"Nggak tahu lah buk, baru juga kenal."

"Kamu tertarik nggak sama dia?"

Aku menghentikan kegiatanku menyemprot bunga. aku menoleh oleh kearah ibu dan mengernyitkan alis. "Kenapa ibu tanya gitu? Ibu mau jodohin Devi sama mas Sapta?"

"Suudzon kamu, ibu cuma tanya aja. Lagian ibu nggak mau jodoh-jodohin kamu, nanti kalau ada apa-apa ibu lagi yang di salahkan." Ibu sewot. Aku terkekeh geli, padahal aku nggak bermaksud suudzon

"Buk, mbak ayo sarapan." ucap Sukma dari arah dapur lalu berjalan menghampiri aku dan ibu. 

"Ayo sarapan udah Sukma siapin di meja makan." ucapnya lagi. 

"Ibu kok nggak dengar kamu pulang sama Bapak." tanya ibu saat Sukma sudah berada disamping ibu. 

"Ibu asik ngobrol sama mbak, gimana bisa dengar." sahut Sukma. 

"Eh, mbak di luar ada temannya mas Firman tuh, kayaknya mau nyariin mbak deh." Ucap Sukma menatap kearahku. 

"Dia nyariin mbak?" tanyaku. 

"Nggak sih, tapi kelihatannya mau kesini nyariin mbak."

"Kalau dia nyariin mbak, bilang mbak masih tidur." Segera kuletakkan semprotan dan segala printilan alat merawat bunga. 

"Kamu kenapa sih Vi?" tanya ibu kebingungan saat melihatku. 

"Devi males buk, pasti ngajakin sarapan bareng kalau Devi nolak nanti pasti mas Firman atau mbak Wina yang datang buat bujukin Devi."

MENIKAHI DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang