19. USAHA MAS SAPTA

6.7K 738 44
                                    

Sabtu pagi ini seperti biasa aku sudah bersiap rapi dengan seragam batik, sudah selesai sarapan dan membereskan meja makan. Ibu juga sudah mulai melunak tak lagi mengabaikanku, ibu juga sudah mulai menanggapi candaan ku walaupun tak selepas biasanya. Tapi tak jadi masalah buatku, yang penting ibu nggak mengabaikan aku lagi. 

Aku mengambil ponselku yang ada di dalam tas, mengecek notifikasi masuk. Ternyata banyak sekali pesan whatsapp dari mas Sapta. Bahkan sejak semalam setelah mas Sapta pamit, dia mengirimkan pesan whatsapp

Mas Sapta :
Dek, udah tidur? 
22.30

Mas Sapta :
Nggak dibales, udah tidur ya 😊
Have a nice dream dek🤗
22.45

Mas Sapta :
Assalamualaikum dek. 
Selamat pagi. 
Udah bangun? 
04.30

Mas Sapta:
Udah sholat subuh? 
04.35

Mas Sapta:
Berangkat kerja jam berapa dek?
05.45

Mas Sapta :
Adek Mau sarapan bareng nggak? 
Kalau mau ayo beli sarapan sebelum adek kerja.
05.50

Aku menaikkan alisku membaca semua pesan mas Sapta. Aku tak berniat membalas pesan mas Sapta, jadi hanya kubaca saja. Aku jadi teringat pesan mas Ferdy semalam sebelum dia pulang. Langsung tidur jangan main HP. Apa mungkin mas Ferdy bisa menebak kalau mas Sapta bakal nge-chat aku. Aku bergidik ngeri, mas Ferdy udah macam cenayang aja. 

"Buk, Devi berangkat ya." aku menuju ke dapur berpamitan pada ibu dan menyalami tangannya. 

" Iya hati-hati bawa motornya." Pesan ibu sambil mengelus lenganku. 

"Bapak dimana buk, Devi mau pamit." Aku mengedarkan pandangan mencari keberadaan Bapak. 

"Bapak ada di toilet, biasa setoran pagi. Nanti ibu bilangin ke Bapak kamu udah berangkat."

Aku mengangguk "Devi berangkat ya buk. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aku kaget begitu membuka pintu rumah, kulihat mas Sapta ada di depan rumahku. Kenapa pagi-pagi dia sudah nongol di depan rumah sih. Gumamku dalam hati. 

Jika melihat tampilan mas Sapta yang memakai celana training, kaos tanpa lengan yang memamerkan lengan kekarnya dan kulit sawo matang miliknya. Tak ketinggalan juga sepatu Olahraga. Rambut cepak nya terlihat sedikit basah, kutebak mungkin dia baru  selesai olahraga. 

Mas Sapta menoleh ke arahku. " Mau berangkat dek?" tanyanya ketika melihatku melihatku keluar rumah dan duduk di teras memakai kaos kaki. 

"Iya." Aku menganggukkan kepala lalu tersenyum.

"Udah sarapan?"

"Udah."

"Padahal tadinya mas mau ngajakin sarapan nasi pecel yang ada di Banjaran. Kata Firman disitu enak. Tapi adek nggak balas chat dari mas."

"Aku biasa sarapan bareng orang rumah mas, lagian kalau pagi aku nggak banyak waktu mas mesti cepet biar nggak telat, dan aku juga jarang buka HP kalau pagi soalnya kalau pagi mesti rempong." 

"Mas gak berangkat ke nikahan teman?" tanyaku. 

"Nanti jam 8." jawab mas Sapta, yang aku balas dengan ber oh ria. 

"Aku duluan ya mas." pamitku setelah selasai memakai sepatu, lalu berjalan menuju garasi.

Aku sedikit kesulitan saat mengeluarkan motor yang ada di garasi, karena sepertinya Bapak terlalu melet memarkirkan mobilnya dengan motorku sehingga motorku sedikit terhimpit. 

MENIKAHI DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang