Aku menggeleng tak percaya sambil menatap kepergian mas Ferdy. Santai amat jadi orang. Kini tinggal kami berdua aku dan mas Sapta.
Aku menatap mas Sapta, tadi di telepon dia bilang kesininya malam. Ini masih sore kok udah nyampe sini aja. Lagipula aku juga baru nyampe rumah masa iya langsung nemenin dia. Aku Menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal, merasa bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya.
"Adek masuk aja, istirahat." Ucap mas Sapta seolah bisa membaca pikiranku.
"Mas berangkat kesini lebih awal, soalnya takut kemalaman pas nyampe sini." terang mas Sapta yang mengerti akan kebingungan ku.
"Udah adek masuk aja, mas mau kerumah teman dulu. Karena Firman nggak pulang mas nggak enak kalau mampir. Jadi mas ke rumah teman mas yang lain." sambungnya lagi.
Aku mengangguk mengerti akan penjelasan dari mas Sapta. "Maaf ya mas." aku tersenyum canggung, merasa nggak enak dengan mas Sapta.
"Santai aja kali dek. Mas pergi dulu ya, sampai ketemu nanti malam. Assalamualaikum." Pamit mas Sapta lalu dia melajukan motornya menuju rumah temannya.
"Waalaikumsalam."
🍀🍀🍀🍀🍀
Selepas sholat maghrib, biasanya rutinitasku adalah membantu ibu menyiapkan makan malam. Memang kami tak selalu makan bersama tapi paling tidak makanan untuk makan malam sudah tersedia di meja makan.
Tapi malam ini ibu nggak masak. Ibu dan bapak selepas sholat maghrib langsung pergi katanya ada acara, entah apa itu. Sukma juga pergi dengan temannya selepas sholat maghrib. Tinggal aku sendirian di rumah. Karena lapar tapi aku sedang malas kuputuskan untuk bikin mie instan yang kutambahkan telur, sawi dan irisan cabe. Kunikmati makanan terlezat di dunia ini sambil menonton TV. Setelah selesai aku segera mencuci peralatan makanku.
Ting tong..ting tong..bel rumahku berbunyi. Kutebak itu adalah mas Sapta. Seperti yang dia katakan kalau malam ini dia akan ke rumah. Kusambar jilbabku lalu segera kukenakan sebelum aku membuka pintu rumahku.
Aku melongo, terkejut melihat siapa yang datang. Kulirik jam dinding yang menggantung di dinding ruang tamu. Tak biasanya dia datang di jam segini.
"Mas Ferdy. tumben jam segini nyampe sini?" Aku mengernyit heran melihat siapa yang datang malam ini. Aku mempersilakan mas Ferdy duduk di sofa ruang tamu.
Mas Ferdy berdehem tak menjawab pertanyaanku kemudian duduk di sofa. Kulihat dia mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan matanya melirik ke sana kemari seperti sedang mencari sesuatu.
"Cari siapa mas? Tanyaku setelah melihat mas Ferdy yang celingukan.
" Cari mas Sapta?" tanyaku lagi. Dan kali ini sepertinya tebakanku tepat. Terlihat dari reaksinya yang salah tingkah.
"Bukan, saya nggak cari siapa-siapa."
Bibirku mencebik, ada aja alasannya jelas-jelas dia celingukan kayak nyari sesuatu masih aja ngeles.
"Kenapa muka kamu kayak nggak percaya gitu?"
Aku nyengir "hehehehe, nggak kok. Mas mau minum apa biar aku buatin."
"Nggak usah, ini aja udah cukup." Tunjuk mas Ferdy pada air mineral gelas yang ada di meja ruang tamu ku.
"Tumben jam segini udah nyampe sini mas."
"Kenapa memangnya nggak boleh?"
"Dih, sensi amat pak." Aku terkekeh dan mas Ferdy menatapku tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAHI DUDA
Romance" Kalau Allah berkehendak jodohmu duda, kamu bisa apa. " " Dan duda itu adalah saya. " 😜 Devi Elina Vasthi, gadis 25 tahun yang berprofesi sebagai guru SD. Tak kunjung mendapat kepastian dari Arjuna Satria Wirawan yang selama 3 tahun menjadi pacarn...