6. MENIKAHLAH DENGAN SAYA

12.1K 1K 27
                                    

Mematut di depan cermin kupoles bibir dengan lipstik warna nude, kurapikan jilbab. Kuperhatikan sekali lagi pantulan diriku yang memakai gamis berbahan brokat warna navy dengan aksen tali warna coklat susu yang melingkar di pinggang senada dengan warna jilbabku.

" Sudah siap nduk? kalau sudah langsung ke rumah budhe Lastri bantuin bawa seserahan ke depan. Lalu tanya sama mas Tito seserahan tas dan yang lainnya jadi ditaruh di mobilnya siapa, soalnya bagasi mobil Bapak dan mobilnya budhe sudah penuh sama seserahan makanan." tutur Ibu panjang lebar saat mengahampiriku ke kamar memastikan aku sudah siap atau belum.

Aku mengangguk "nggeh buk, sudah siap ini juga mau turun terus ke rumah budhe." jawabku lalu mengambil handbag yang sudah kusiapkan.

" Ibu turun dulu ya mau ngecek siapa aja yang jadi ikut di mobil Bapak." pamitnya dengan setengah tergesa.

Sejak subuh tadi gang rumahku tepatnya rumah budhe Lastri memang mulai sibuk karena mas Firman anak bungsu budhe Lastri jam 08.00 akan melangsungkan pernikahan, yang ijab kabul dan resepsinya akan dilaksanakan di rumah mbak Wina calon istri mas Firman.

" Mas Tito ini seserahan jadinya mau di taruh di mobilnya siapa? tanyaku sesampainya di rumah budhe Lastri.

" Kamu taruh di mobilnya Ferdy ya, udah di depan tuh." jawabnya ditengah kesibukan memindahkan kotak seserahan dari ruang tamu ke teras.

" Mas Ferdy? Dia ikut, ngapain??" tanyaku heran.

" Mobilnya kurang, makanya aku ajak biar mobilnya dia diisi seserahan. mobilnya Bapakmu, mobilnya Paklik Haris, mobilnya Radit sama mobilku udah penuh. Kamu lupa kalau kita satu gang ini keluarga besar, belum tetangga kanan kiri yang ikut."

" Kenapa gak pakai mobilnya mas Tito yang dari kantor travel? Kan ada banyak tuh." kataku.

Mas Tito ini memang mempunyai usaha agen travel, makanya gak jarang dia jadi sopir dadakan kalau travel lagi rame atau sopir yang jadi karyawannya gak masuk. Makanya hampir seminggu ini aku gak ketemu batang hidungnya, padahal banyak yang ingin aku tanyakan soal mas Ferdy.

" Banyak nanya deh, mobilnya lagi di pakai jalan semua, travel lagi rame. Udah bawa sana mau berangkat ini." protesnya sambil menyerahkan kotak seserahan padaku.

Aku berjalan dengan menghentakkan kaki karena kesal, sebenarnya aku masih merasa canggung dengan mas Ferdy setelah seminggu yang lalu aku mengetahui bahwa ternyata dirinya adalah pemilik nomer asing itu.

Sejak mengungkapkan kalau dia pemilik nomer asing itu, sejak itu juga mas Ferdy gak pernah mengirim pesan lagi dan itu sukses membuatku bingung. Banyak pertanyaan yang bersarang di kepalaku yang ingin kutanyakan padanya tentang bagaimana dia bisa punya nomerku,apa maksudnya mengirim pesan. sebenarnya bisa saja aku menghubunginya terlebih dahulu, tapi urung ku lakukan karena gengsi. Aku gak mau dia berpikir kalau aku penasaran tentangnya. Bisa besar kepala dia.

Di jalan depan aku melihat mobil CRV hitam milik mas Ferdy ada di deretan paling belakang tepat di belakang mobilnya mas Tito. Kulihat dia berdiri bersedekap bersandar pada kap mobil sambil memainkan HP nya. dengan malas aku berjalan menghampirinya.

aku tersenyum " Pagi mas." sapaku basa basi.

Mendengar sapaan ku diapun mengangkat wajahnya kearahku " Hhhmm." jawabnya singkat.

" Mas Tito bilang ini ditaruh di mobilnya mas Ferdy." aku menunjuk seserahan yang aku bawa.

Tak banyak bicara lalu dia berjalan kearah bagasi dan membukanya. Aku pun mengikuti dan meletakkan seserahan di bagasi mobilnya.

" Sebentar ya mas aku ambil lagi seserahannya masih ada dua kotak lagi soalnya."

"Saya bantu." katanya. Menit berikutnya kami berjalan beriringan.

MENIKAHI DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang