BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
Maaf akan jadi percuma dan nggak bermakna apa-apa, kalau setelahnya, lagi dan lagi kamu melakukan kesalahan yang sama -A
Kalau lagi capek sama hidup kamu, coba ambil jeda sebentar untuk duduk di satu tempat sendirian, terus lihat sekitar, lihat orang-orang yang sedang berjuang cari nafkah, panas-panasan jualan koran, nyanyi modal ukulele di pinggir jalan, terus berbagai jenis kehidupan orang lain yang mungkin sedikit tidak lebih beruntung di bandingkan kamu. Saat itu kamu akan sadar, bahwa kamu sudah cukup beruntung hidup di posisi yang sekarang-Bellazmr
Dari quote di atas, itu yang aku lakuin kalau lagi capek sama hal-hal di dalam hidup, nyendiri dan berpikir. Nyesalin hidup sendiri itu malah jadi toxic banget, mending syukuri, toh roda hidup selalu dan akan selalu berputar. Masalah, bahagia, kecewa, luka, tertawa, semuanya hanya sementara.
-Senandi Rasa-
Dari pagi tadi, kerjaan Gerhana mondar-mandir mengantarkan dokumen dari ruangan lantai sekian ke ruangan lantai sekian, mencetak beberapa lembar laporan, hingga sekarang dia terduduk di depan komputer doang, mempelajari dokumen yang tadi diberikan atasan.
Di kantor PLN ini, hanya ada dia dan kelima mahasiswa beda jurusan yang menjadi anak magang, tiga laki-laki dan dua perempuan. Mereka berlima sibuk masing-masing, jadi tidak ada waktu untuk akrab.
Gerhana menghela napas, merengangkan otot, sesekali memijit pelipisnya yang sejak tadi memandang layar yang menampilkan sederet angka. Mengambil jeda untuk beristirahat, dia mengecek ponsel yang ditaruhnya tepat di sebelah keyboard. Kini perhatian Gerhana teralih pada layar ponsel yang menampilkan beberaoa notifkasi setelah dia mengaktifkan paket data, banyak notifikasi berasal dari pesan grup BEM, kemudian tangannya bergerak untuk membuka pesan yang cukup dikirimkan paling banyak pada personal chat.
Kayana : Thanks buat kemarin ya Ger.
Kayana : Maaf lagi dan lagi, gue selalu ngandelin lo.
Kayana : Lo hari ini ada waktu?
Kayana : Oh ya gue inget kalau lo lagi magang, pulang magang jam berapa?
Kayana : Mau makan bareng gue? Hari ini, gue habis ke kantor buat job interview. Yah, syukur banget sebelum lulus gue sempet apply sana sini dan beberapa tawaran sampai ke tahap interview.
Kayana : Gerhana.
Gerhana menutup rangkaian pesan itu tanpa membalas, dia menggulir layar hingga sampai pada personal chat yang menunjukkan centang satu dengan warna abu-abu, tanda pesan tersebut belum terkirim dan tidak dibaca.
Gerhana menghela napas, sejak kemarin Berlin sulit sekali dihubungi. Nomornya tidak aktif, semua pesan yang ia kirimkan melalui whatsapp, hingga sms tidak ada yang dibalas. Itu membuat Gerhana mendadak kebingungan, andai saja dia tidak harus datang pukul tujuh ke kantor hari ini, dia jelas tidak punya waktu untuk menemui Berlin.
Menghela napas panjang, Gerhana menyempatkan diri membaca isi grup BEM, ternyata panitia penerimaan anggota BEM baru saja memasukkan kontak anggota BEM yang diseleksi kemarin, Gerhana sempat membaca beberapa nama yang berada di sana.
Hingga pada satu kontak, Gerhana terdiam saat membaca namanya.
Satu ide mendadak terlintas di pikirannya, tanpa pikir panjang Gerhana melakukan apa yang ada di pikirannya itu, tanpa berpikir dua kali.
-Senandi Rasa-
Langit Jakarta sudah sangat berawan, mendung, dan mungkin sebentar lagi akan menurunkan semua tangisnya. Beberapa orang yang berada di sekitar Fakultas Kedokteran sempat mendongak sekadar mengecek kondisi langit, salah satu di antaranya adalah Berlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandi Rasa
Teen Fiction[Bab tidak lengkap, untuk baca lengkap silakan ke Karya Karsa] "Kalau ada satu hal yang ingin aku lakukan, itu adalah mempertahankanmu. Sayangnya, aku tidak bisa, entah karena keadaan atau karena takdir yang tak terelakkan." Selama delapan belas tah...