19. Takut pada Ekspektasi

21.3K 3.3K 1.1K
                                    

Bagian Sembilan Belas

Follow ig Bellazmr.
___

Sebagian kita tidak mencoba, karena takut rencana tidak sesuai realita—Gerhana

Pada akhirnya, kita harus paham. Yang berat dari perpisahan bukanlah kehilangan, tapi membiasakan diri tanpa kehadiran—Berlin

-Senandi Rasa-

Hujan mengguyur Bandung pagi ini, hawa sejuk berembus membasahi wajah Berlin. Di pagi hari natal, bersenandung doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan.

Dengan tangan terkepal, mata memejam dan hati berharap kelapangan yang Kuasa. Berlin mengikuti rangkaian kegiatan natal pagi ini.

Sebagai umat Kristen Katolik, Berlin harus menjalani dua liturgi ibadah yang dibagi menjadi misa malam Natal dan ibadah Natal. Liturgi atau susunan ibadahnya sendiri pasti sama di setiap gereja Katolik di seluruh dunia. Mulai dari ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi ekaristi, komuni, dan ritus penutup.

Berlin terus diam, menikmati setiap rangkaian kegiatan natal pagi ini. Berbalut dress berwarna putih gading, ia menutup rambutnya dengan bucket hat berwarna senada. Sekali lagi, Berlin mengharapkan berkat dari natal tahun ini.

Dalam doa-doa yang ia panjatkan, ada kesedihan yang terselip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam doa-doa yang ia panjatkan, ada kesedihan yang terselip. Berlin merindukan natal tahun kemarin.

Benar benar rindu.

Tanpa terasa, rangkaian ibadah natal selesai menjelang pukul sebelas. Berlin keluar dari gereja yang sama seperti ibadah kemarin, gereja itu merupakan yang paling dekat dengan hotelnya.

Sebelum meninggalkan Gerhana untuk ibadah natal, laki-laki itu sempat berpesan kepada Berlin bahwa jika nanti Berlin selesai ibadah. Berlin wajib menunggu Gerhana yang menunaikan ibadah sholat jumat. Yah, berhubung natal kali ini jatuh tepat di hari jumat.

Maka, seperti kemarin, Berlin harus berjalan kaki dari Gereja Katedral menuju Masjid Raya Bandung. Untunglah, hujan sudah mulai reda, hanya hawa dingin saja yang tertinggal.

Setelah hampir lima belas menit berjalan kaki di sepanjang trotar, Berlin akhirnya sampai di halaman masjid. Terbentang rumput berwarna hijau muda dan tua yang menjadi ciri khas masjid tersebut. Karena basah, Berlin jadi duduk menepi di teras masjid. Matanya menatap ke arah sekitar, banyak orang-orang yang berdagang di luar masjid., entah itu makanan, aneka gantungan kunci, banyaklah.

Berlin tetap duduk menunggu Gerhana. Hingga tak lama, para lelaki—yang setahu Berlin memiliki kewajiban untuk menunaikan ibadah sholat di hari jumat tersebut berbondong-bondong keluar.

Berlin kontan menepi, ia tidak ingin tubuhnya tertabrak.

"Udah lama?" Ketika kepala Berlin celingak-celinguk, sebuah suara menyadarkannya. Ia menoleh dan menemukan Gerhana sudah berdiri di sebelahnya. Lelaki itu memakai kaus bewarna putih—tampak senada dengan yang ia kenakan.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang