49. Seharusnya yang Tidak Perlu

18.7K 2.9K 10.8K
                                    

Bagian Empat Puluh Sembilan

Follow ig : Bellazmr dan Senandi Rasa

___

Kalau kita tidak selamanya bersama, paling tidak kita pernah saling ada saat dunia kita tidak baik-baik saja-Berlin

Salah kalau aku peduli sama kamu?-Kayana

Salah kalau aku peduli sama kamu?-Kayana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Senandi Rasa-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-Senandi Rasa-

"Minum dulu, Ger." Kayana menyodorkan sebotol air mineral kepada Gerhana. Mereka berdua berada dalam mobil yang sedang parkir di depan minimarket Alfapril.

Gerhana mengambil botol air mineral itu tanpa mengatakan sesuatu, netranya masih memandang lurus ke depan. Serangkaian berita yang mendadak muncul ke permukaan hari ini berhasil mengagetkannya. Tidak perlu terlalu jauh memikirkan, sebab Gerhana sudah dapat menebak bahwa semua ini pasti ulah Batria.

Sejak awal Batria datang ke dalam kehidupan keluarganya, Gerhana punya firasat kuat bahwa lelaki itu hanyalah seekor lintah yang mengisap habis mangsanya. Gerhana sadar bahwa hal seperti ini cepat atau lambat pasti akan terjadi.

Gerhana mendengkus sendiri, sejak kecil sebenarnya dia sudah tahu bahwa papanya tidak mencintai mamanya. Pernikahan yang mereka jalani hanya sebatas bisnis dan sepenuhnya semakin Gerhana dewasa, dia paham bahwa alasan papanya tidak menyukai mama bukan karena soal rasa, tapi memang papanya tidak punya selerea terhadap wanita.

"Ger, Are you okay?" Pertanyaan itu hadir, bersamaan dengan tangan Kayana yang terulur mengusap bahu Gerhana.

Mendadak pikiran Gerhana yang tadi mengarah ke Batria berhenti. Sudut matanya melirik tangan Kayana yang berada di bahunya, lantas Gerhana menggeser tubuhnya, membuat tangan itu tidak lagi menyentuhnya.

Kayana terpaku, matanya melirik lekat tangannya yang tadi mengusap bahu Gerhana. Susah payah dia meneguk air ludahnya, lantas mengubah pandangannya ke luar jendela sembari menurunkan tangannya.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang