[Bab tidak lengkap, untuk baca lengkap silakan ke Karya Karsa]
"Kalau ada satu hal yang ingin aku lakukan, itu adalah mempertahankanmu. Sayangnya, aku tidak bisa, entah karena keadaan atau karena takdir yang tak terelakkan."
Selama delapan belas tah...
Kalau kamu bukan orangnya, semoga Tuhan menyegerakan patah hati, agar aku tidak terlanjur dalam menaruh hati—Berlin
Tak kenal maka tak sayang, sudah kenal kok belum juga disayang?—Gerhana
-Senandi Rasa-
Gerhana baru selesai menghadap dosen pembimbingnya di ruang dosen, semester ini dia dalam pengajuan magang di Perusahaan Listrik Negara. Ini adalah salah satu syarat kelulusan yang harus dia lalui, sebenarnya dia sedikit ketinggalan satu semester dari teman-temannya yang sudah duluan magang di semester tujuh kemarin.
Maklum, semester kemarin Gerhana terlalu sibuk dalam pencalonan sebagai Presiden Mahasiswa. Jadinya, saat teman-temannya sudah acc laporan magang, dia baru dalam masa pengajuan surat tugas magang.
Keluar dari ruangan sambil membawa map, Gerhana memainkan handphone-nya.
Belum sampai satu menit, Kayana membalas pesan tersebut
Kayana : Sini dong ke fakultas gue. Rame banget. Gue tunggu ya! Nggak pakai lama, gue bakalan ngamuk kalau lo nggak datang.
Gerhana mendengkus, memilih untuk memasukkan handphone ke saku celana.
Hari ini, banyak senior dan teman angkatannya sedang berkumpul di jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya. Yah, semua itu dikarenakan Kayana baru saja menjalani sidang kompre. Semua jadi ke sana untuk memberi selamat.
Gerhana sebenarnya ingin menghindari Kayana, bukan apa-apa, karena jujur saja dia tidak ingin terlibat lagi dengan Kayana.
Sayangnya, semua jadi sulit karena hubungan Gerhana dan Bentara—pacar Kayana cukup akrab, rasanya tidak etis saja jika Gerhana tidak menyempatkan hadir untuk memberi selamat kepada Kayana.
Lalu setelah melirik jam, Gerhana akhirnya bergegas menuju parkiran Fakultas Teknik. Sebelum dia ke tempat Kayana, Gerhana ingin membelikan bunga, paling tidak itu sebagai tanda bahwa ia memberikan selamat pada Kayana.
-Senandi Rasa-
Berlin selesai menyusun jadwal kuliah semester empat. Semakin naik semester,maka jadwal praktikum semakin menggila. Berlin bahkan geleng-geleng kepala saat tahu jika dalam satu minggu, dia hanya kosong di hari kamis. Itu pun jadwal kosong dari pukul dua, bukan benar-benar kosong melompong.
"Jadi dokter berat, selain beratnya di biaya, jug berat di pikiran dan perasaan," bisiknya.
Dia duduk di salah satu bangku taman jurusannya.
Semakin naik semester juga, maka jadwal kelasnya dengan Tania dan Sari makin berbeda. Apa lagi karena mereka mengambil peminatan yang berbeda, seperti sekarang ketika Berlin tidak ada jadwal kelas, Tania dan Sari malah sedang berada di kelas.
Karena bosan, Berlin memilih untuk membuka handphone. Dia bukan tipe orang yang suka membuang waktu kosong, jdi saat menunggu seperti ini, Berlin manfaatkan untuk membaca beberapa berita baru tentang kedokteran.
Baru lima belas menit membaca, dari arah belakang seseorang datang sambil menepuk bahunya. Berlin kaget, ia mendongak dan melihat Randi tersenyum di sebelahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.