Bagian Tiga Puluh Delapan
Ada sebagian hubungan yang bertahan hanya karena "sulit untuk memulai lagi dengan yang baru" padahal sebenarnya hubungan tersebut sudah hambar, tanpa rasa, atau bahkan tidak membahagikanmu lagi.
-Senandi Rasa-
Malam semakin redup, tidak berbintang, dan hanya cahaya lampu yang berpedar dari beberapa tiang yang dipasang di sisi jalan menuju pintu rumah keluarga Ramli Assegaf yang begitu mewah.
Gerhana melirik jam tangan yang melingkar sempurna di tangan kirinya, lantas mendesis ketika tahu jarum pendek sudah menuju angka sebelas. Dia baru saja selesai mengantar Berlin dan tubuhnya butuh istirahat lebih cukup karena besok, dia ada pertemuan dengan beberapa petinggi BEM kampus.
Sialnya, lelaki yang sedang berdiri di depan mobil hitam yang terparkir tepat menutup jalan mobil Gerhana untuk masuk ke garasi menggagalkan semua rencana Gerhana.
Menarik napas dalam, akhirnya Gerhana memilih turun dari mobilnya. Dia baru satu kali melangkah, ketika sosok itu langsung berjalan cepat ke arahnya dan memukul wajahnya dengan sangat kuat.
Gerhana meringis kesal, dia berusaha untuk menahan serangan lelaki itu dengan menangkisnya beberapa kali.
"MAKSUD LO APA!" maki Batria dengan suara menjerit, di depan wajah Gerhana, dia terlihat sangat beringas.
Gerhana tidak menjawab, manik matanya memperhatkan gestur Batria saja.
"Kalau lo nggak suka gue, maki gue habis-habisan. Jangan ngelibatin orang lain di dalam urusan kita," sembur Batria.
Gerhana menarik napas dalam, dia sangat merasa ujung bibirnya begitu sakit dan pasti berdarah, baru seminggu yang lalu dia dipukul oleh Ben dan malam ini, lagi dan lagi dia harus rela mukanya bonyok.
Batria menarik kerah kemeja Gerhana tinggi-tinggi, membuat lelaki itu kesulitan bernapas. Susah sekali rasanyauntuk melepaskan diri, karena kekuatan yang Batria pakai lebih dari Ben kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandi Rasa
Novela Juvenil[Bab tidak lengkap, untuk baca lengkap silakan ke Karya Karsa] "Kalau ada satu hal yang ingin aku lakukan, itu adalah mempertahankanmu. Sayangnya, aku tidak bisa, entah karena keadaan atau karena takdir yang tak terelakkan." Selama delapan belas tah...