Bagian Delapan
Sesuatu memang harus dicoba, biar tahu hasilnya
.Bellazmr.
-Senandi Rasa-
Bingkai kaca mata itu setia bertengger di batang hidung perempuan yang sejak semalam resmi memangkas rambutnya menjadi pendek. Keputusan yang cukup ekstream mengingat biasanya perempuan itu selalu tampil dengan rambut panjang tergerai.
Beberapa temannya mulai berbicara mengenai potongan rambutnya itu, tapi Berlin—si pemilik rambut merasa tidak terganggu. Toh, dia kini tak perlu repot lagi mencari kuncir rambut jika sedang di dalam kelas. Karena jangankan untuk dikuncir, dikumpulkan menjadi satu saja rambutnya sudah sulit.
Berlin merenggangkan bahunya yang mulai pegal-pegal akibat terus memperhatikan sampel jariangan di hadapannya. Sudah hampir dua jam praktikum patologi anatomi menyita waktunya. Mereka sekarang yang berada di dalam laboraturium anatomi Salemba.
Kini Berlin berada di tahap paling rawan yaitu melakukan pemotongan sebesar 1,5 x 1,5 x 0,3 cm pada sampel yang disediakan. Berlin harus berhati-hati. Pemotongan ini nantinya akan mendapatkan hasil identifikasi tumor yang diamati.
Berlin menarik napas dalam, mengembuskannya lantas tangannya mulai bergerak untuk melakukan pemotongan.
Patalogi Anatomi merupakan bidang ilmu kedokteran yang melibatkan studi mengenai organ dan jaringan tubuh, biasanya bidang ilmu ini digunakan untuk memastikan penyakit seseorang. Ada lima penyakit yang biasanya memerlukan identifikasi patologi anatomi untuk meyakinkan si penderitanya, kanker, tumor, penyakit ginjal dan hati, gangguan autoimun, lalu infeksi yang biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.
Dua puluh menit berkonsentrasi penuh, Berlin mulai mendapat hasil dari pemotongan yang ia lakukan, ia mulai mencatat hasil yang telah ia identifikasi tersebut.
Tumor tersebut berasal dari bagian kolon, berbentuk bulat, dengan warna kecokelatan, pada permukaan terdapat bejolan yang lumayan banyak, dan yang terakhir Berlin mulai mengukur jaringan terbesar dan terkecil dari tumor tersebut.
Setelah berhasil mencatat, Berlin mulai memasukkan potongan jaringan ke dalam cassete jaringan, memberi nomot laboratorium kemudian tak lupa menutup cassete jaringan.
Langkah terakhir yang dilakukan Berlin adalah memasukkan cassete jaringan ke dalam larutan formalin 10%.
Setelah melakukan semua itu, Berlin mengembuskan napas legah. Ia berhasil melewati prakitikum ini dengan sangat baik.
Manik mata Berlin menyusuri semua praktikan di dalam laboraturium, meski tampak tenang, Berlin mampu melihat raut wajah kebingungan pada beberapa orang, bahkan ada yang secara terang-terangan ingin menyerah pada saat bagian pemotonga.
Berlin diam sembari mengamati itu. Dia adalah orang pertama yang berhasil menyelesaikan praktik pada hari ini. Tidak main-main praktikum patalogi anatomi ini mampu menguras habis nilai blok semester ini, apabila gagal.
Sejak dua minggu yang lalu, ketika pengumuman mengenai jadwal praktikum keluar, sebenarnya Berlin sudah habis-habisan mempelajari materi ini. Dia bahkan mengunakan waktu tidurnya di malam hari untuk streaming cara pemotongan jaringan, ia tidak ingin gagal.
"Lin..." bisikan itu terdengar saat Berlin membereskan peralatan praktikumnya. Ia menoleh kepada Tania yang duduk di sebelahnya.
Tania memasang tampang nelangsa, khas perempuan itu ketika dihadapkan pada hal-hal seperti ini. "Sumpah, gue nggak ngerti cara motongnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandi Rasa
Teen Fiction[Bab tidak lengkap, untuk baca lengkap silakan ke Karya Karsa] "Kalau ada satu hal yang ingin aku lakukan, itu adalah mempertahankanmu. Sayangnya, aku tidak bisa, entah karena keadaan atau karena takdir yang tak terelakkan." Selama delapan belas tah...