2. Tahu Rasa

44.3K 5.1K 529
                                    

Bagian Dua

Saya adalah saya
Yang akan mati sendiri
Berjuang sendiri
Dan cinta sendiri

Kau adalah kau
Yang selalu ada yang menemani
Bersinar di puncak tertinggi
Dan kucintai
—Gerhana Sabrang—

ADA YANG NUNGGU CERITA INI?

ADA YANG NUNGGU CERITA INI?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Senandi Rasa-

September, 2019

            Terik matahari di hari selasa sama sekali tidak menumbangkan serangkaian agenda unjuk rasa yang akan dilakukan barisan mahasiswa. Mereka semua turun ke jalan untuk menuntut keadilan, Bung Hatta—Sang Proklamator, wakil presiden pertama di Indonesia bahkan pernah mengatakan bahwa mahasiswa adalah hati dan akal dari masyarakat.

Karena itu, apabila mahasiswa sudah turun ke jalan berarti mereka sedang menyampaikan aspirasi masyrakat yang terpendam.

"Kesel deh gue, kenapa sih pintu DPR nggak dibuka aja," celetuk perempuan berhijab yang sejak tadi mondar-mandir mengantarkan mahasiswa yang sakit dalam berdemo untuk masuk ke pos kesehatan. "Mana tuh polisi-polisi, yang seharusnya punya tugas menjaga ketertiban malah niat banget bikin mahasiswa menderita, kan kita cuma pengin ngomong aja."

Berlin yang baru saja menyelesaikan tugasnya, mengecek kondisi rekan seperjuangan menoleh ke arah perempuan berhijab itu. "Ya mana mungkinlah, Ri, dibuka gitu aja. Nggak akan bisa. Minimal nih ya, tarik aja beberapa petinggi mahasiswa dari berbagai kampus yang turun ke jalan hari ini, buat diajak diskusi dengan petinggi gedung kura-kura itu."

Sarianti, mahasiswa kedokteran yang satu angkatan dengan Berlin menghela napas berat.

"Gue nih ya kalau bisa milih, mending ada di tengah demo sih, ketimbang berada di ruang ini," timpal Berlin setelah pasien yang tadi ia obati berpindah ke ruang istirahat. Kini hanya sisa dirinya, Sari, dan beberapa mahasiswa kedokteran yang bertugas di posko kesehatan, duduk dengan aktivitasnya masing-masing sembari menunggu korban selanjutnya.

Berlin menghela napas, ditunjuk sebagai koordinator kesehatan sungguh bukan kemauannya. Ia sebenarnya ingin berada di tengah-tengah lautan mahasiswa, membawa spanduk, berteriak meminta keadilan, dan sesekali menyemangati diri sendiri agar kuat bertahan sampai kegiatan selesai.

Bisa dikatakan bahwa semenjak menjadi mahasiswa, Berlin belum pernah ketinggalan satu agenda pun yang ia nilai penting untuk keberlangsungan negara. Apalagi semenjak tergabung dalam BEM Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Berlin selalu kritis dalam menghadapi suatu persoalan. Termasuk apa yang ia lakukan hari ini, bukan tanpa sebab, unjuk rasa mendesak pemerintah membatalkan revisi Undang-Undang komisi Pemberantasan Korupsi, menunda pengesahan Rancangan Keputusan Undang-Undang Hukum Pidana, sampai segera mengesahkan Rancangan Undang-undang penghapusan kekerasan seksual.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang