Bagian Empat Puluh Satu
Kamu selalu mahir dalam mematahkan, sedangkan aku selalu lapang dada memaafkan yang sudah-sudah-A
Karena kita tidak bisa memaksa seseorang bertahan untuk terus bersama kita-B
-Senandi Rasa-
Matahari bersinar terik, namun nyatanya hal itu tidak menurunkan semangat semua orang untuk membanjiri kawasan Balairung Universitas Indonesia, karena tepat hari ini mereka akan mengantarkan ribuan mahasiswa Universitas Indonesia memasuki babak baru dalam kehidupannya dengan gelar baru di belakang nama.
Baru beberapa menit yang lalu kegiatan di dalam Balairung resmi ditutup, maka sekalipun acara puncak sudah selesai. Moment terpenting dalam kegiatan wisuda pastinya adalah bertemu dengan semua orang di luar Balairung, mendapat banyak hadiah, serta mengabadikan momen dalam bentuk foto.
Kayana Lutfia yang turut menjadi salah satu wisudawan terlihat sangat sibuk meladeni setiap teman, adik tingkat, bahkan teman-temannya di luar lingkungan kampus yang datang ke wisudanya, kedua tangannya bahkan sudah sangat kesulitan menerima berbagai bunga, bingkisan, ataupun bermacam-macam hadiah lainnya.
Wajar, selain aktif berorganisasi, Kayana memiliki banyak teman, padahal sebenarnya Kayana tidak mengundang mereka satu persatu. Hanya menguploud undangan wisuda di Instagram, kemudian teman-temannya yang hadir sangat membludak.
"Sini-sini, gue bantuin." Salah satu sahabat Kayana yang hari ini sengaja meluangkan harinya segera mengambil alih semua hadiah yang diterima Kayana.
Kayana menoleh sambil tersenyum haru. "Makasih ya, San. Gue nggak paham lagi deh kalau nggak ada lo."
Sandra mengangguk. "Cowok lo ke mana sih, Kay?"
Kayana menggelengkan kepala, tangannya memegang ponsel yang tampak sedang berusaha menghubungi Ben. Sedangkan berulang kali, Kayana mendongak sambil tersenyum lebar saat disapa oleh teman-temannya yang datang. Jujur, Kayana begitu kewalahan meladeni semua orang yang hadir di wisudanya. Tapi meskipun begitu, ada satu hal yang menganjal di hatinya, ketika sejak tadi panggilannya tidaka kunjung terhubung dengan Ben.
"Dia nggak mungkin nggak dateng kan, Kay?" Sandra memastikan ketika sadar Kayana terus berkutat dengan ponselnya.
Kayana tersenyum tipis. Dia memilih untuk fokus dengan teman-temannya yang datang, apalagi ketika tahu semua anak BEM datang bergerombol ke wisudanya. Satu hal yang membuat Kayana semakin terharu.
-Senandi Rasa-
"Ben!" Kayana menjerit heboh sambil berlari menuju Ben yang bisa-bisanya datang paling telat di wisudanya.
Beberapa anak BEM yang masih berada di depan Balairung mendadak ikut heboh meledek Kayana yang terlihat galau menunggu kedatangan Ben, tidak terkecuali Gerhana yang dengan santai tertawa sambil menyilangkan tangan di dada, memperhatikan bagaimana Kayana yang begitu antusias melihat kehadiran Ben.
Hal pertama yang Ben lakukan adalah menyapa keluarga Kayana yang datang, menambah sorakan semua orang ketika tahu bahwa Ben sudah seakrab itu dengan keluarga Kayana.
"Aku pikir kamu nggak dateng," rajuk Kayana ketika sudah berada di hadapan Ben.
Ben tersenyum tipis lantas menyodorkan satu buah paper bag berukuran agak besar kepada Kayana.
"Apa nih?" Kayana terlihat sangat penasaran, senyumnya tidak kunjung lepas. Matanya terus-terusan melihat Ben, lantas ia mendadak teringat satu hal.
"Ben, bukannya dulu kamu pernah janji mau pakai batik kalau aku wisuda?" Kayana memperhatikan Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandi Rasa
Teen Fiction[Bab tidak lengkap, untuk baca lengkap silakan ke Karya Karsa] "Kalau ada satu hal yang ingin aku lakukan, itu adalah mempertahankanmu. Sayangnya, aku tidak bisa, entah karena keadaan atau karena takdir yang tak terelakkan." Selama delapan belas tah...