30. Rasa Suka

16.5K 3.1K 1.6K
                                    

Bagian Tiga Puluh

Kita hanya sepasang patah yang saling singgah-No Name

Kalau bukan karena kamu, mungkin aku tidak akan pernah tahu rasanya harus lebih banyak mencintai diri sendiri dulu, sebelum orang lain. Makasih ya-No name

Numpang lewat dulu ya, mau tebar foto yang digunain Gerhana buat daftar magang di PLN.

Numpang lewat dulu ya, mau tebar foto yang digunain Gerhana buat daftar magang di PLN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Senandi Rasa-

Alasan pertama mengapa Gerhana mengikuti BEM kampus adalah karena dia ingin sebanyak mungkin menghabiskan waktu di luar rumah. Sejak semester satu, Gerhana terlibat di berbagai kegiatan kampus, dimulai dari tahap fakultas hingga berakhir ke tinggal luar kampus, dan pastinya masih dengan membawa nama baik almamater.

Di kampus, hampir semua mengenal Gerhana sebagai pribadi yang selalu bicara hanya seperlunya, tidak terburu-buru dalam memutuskan sesuatu hal, dan rajin. Tidak sedikit juga yang mengagumi Gerhana.

Banyak yang beanggapan bahwa Gerhana sebagai seseorang yang hidup di dunia dalam kondisi beruntung. Tampan, dilahirkan dari keluarga terpandang, pintar, disegani oleh banyak orang, semua yang baik-baik selalu dicap kepada lelaki itu. Hanya saja, Gerhana rasa, hidupnya tidak seberuntung yang orang kira.

Langkah kaki itu menderap memasuki rumah dengan keramik lebar tersebut, beberapa pajangan guci berada di sudut-sudut ruangan-taksiran harganya mungkin bisa mencapai ratusan juta, semakin melangkah maka banyak terdapat bingkai foto yang memperlihatkan "siapa pemilik dari rumah tersebut". Gerhana tak acuh, dia terus melangkah.

"Gerhana." Namun, langkahnya sontak berhenti ketika mendengar namanya dipanggil. Gerhana lupa kapan terakhir kali dia mendengar namanya dipanggil, satu bulan yang lalu? Dua bulan yang lalu, ah entahlah. Gerhana tidak berusaha untuk mengingatnya.

Gerhana hanya menghentikan langkahnya, namun dia sama sekali tidak menengok apalagi menyahut. Hingga orang tersebut memilih untuk menghampiri Gerhana.

Menarik napas dalam, kepala Gerhana masih menunduk menatap ke lantai keramik.

"Baru pulang?"

Pertanyaan basa-basi seperti apa itu? Gerhana hanya bisa mendengkus.

Melihat Gerhana belum menanggapinya, lelaki itu bicara lebih lanjut. "Ayah dengar dari beberapa staff kantor, kamu terpilih menjadi ketua BEM Universitas Indonesia. Benar?"

Gerhana ingin mendecih, dia sudah terpilih menjadi ketua BEM sejak beberapa minggu yang lalu. Telat sekali jika lelaki di hadapannya ini baru tahu sekarang.

"Selamat Gerhana," kata lelaki itu-Ramli Assegaf, sosok yang terkenal di negaranya ini sebagai ketua Mahkamah Agung. Ayah Gerhana, lelaki yang menyumbang setengah gen dalam tubuh Gerhana.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang