SPESIAL BAB SATU
Kalau dilihat-lihat, muka lo kayak plat Jakarta, B aja—A
Apa yang diharapkan belum tentu bakal kejadian, apa yang dihindari belum tentu tidak akan terjadi. Hidupmu selalu berjalan tidak atas kehendakmu—B
-Senandi Rasa-
TANIA RAVENIA
Setiap orang bisa memilih pasangan, teman, bahkan pekerjaan, tetapi dia tidak bisa memilih dari keluarga mana dia dilahirkan dan dibesarkan.
Kalimat inilah yang paling sering aku ucapkan di dalam hati terdalam saat aku mulai dongkol dengan kehidupanku sendiri, iya ... mungkin terlihat kekanak-kanakkan ketika aku tahu betul hampir semua orang mendambakan untuk hidup sepertiku.
Tapi tampaknya, kalau bisa memilih, aku ingin terlahir biasa-biasa saja. Dari keluarga sederhana, yang bisa menikmati sarapan dan makan malam bersama, yang ibu dan ayahnya bisa hadir pada saat pembagian rapot di sekolah, intinya yang biasa-biasa saja.
Sayangnya, aku terlahir sebagai Tania Ravenia Gumilar. Anak tunggal dari keluarga Gumilar yang turun menurun berkiprah di dunia kedokteran Indonesia. Beberapa tahun yang lalu, opaku menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia, papa dan kedua adiknya juga mengikuti jalan opa untuk menjadi dokter.
Dan mama, ah ... keluarga mama juga hampir semuanya adalah dokter. Aku pernah mendengar dari pengasuhku dulu bahwa mama dan papa sebenarnya menikah karena perjodohan, keluarga papa dan keluarga mama sepakat untuk menikahkan papa dan mama, meskipun sebenarnya papa dan mama tidak pernah saling mencintai.
Dan yah dari pernikahan Guntara Gumilar dan Tamara Handoko, lahirlah aku ... si anak tunggal yang sejak kecil selalu bersedia ikut ke manapun kedua orang tuaku di tempatkan.
Tidak perlu jauh memikirkan kehidupan pernikahan mami dan papiku, sampai detik ini pernikahan mereka masih berjalan. Meskipun tampaknya dari yang aku lihat, dibandingkan di rumah tujuh puluh persen kehidupan mereka banyak dihabiskan di Rumah Sakit.
Aku? Bisa kalian tebak sendirilah, hidupku dari kecil bagaimana. Hidup serba kecukupan materi, tapi tidak dengan hati.
"Tan, nih bagian lo dihapalin." Lamunanku terputus tepat ketika salah satu anggota dari lingkaran kecil yang kami buat menyodorkan dua lembar kertas kepadaku. "Itu bagian lo buat presentasi," lanjutnya.
Aku hanya mengambil kertas itu dengan cengiran tipis, lantas menaruhnya di atas tas bermerk Louis Vuitton yang kukenakan, terlihat tidak berminat untuk membacanya.
Dibandingkan membaca, aku lebih antusias untuk mengambil potret selfi lewat Iphone XI Pro Max yang baru rilis satu bulan lalu, ponsel dengan tiga kamera di belakang yang berhasil membuat semua orang menjulukinya dengan ponsel boba. Dengan percaya diri aku mengambil potret selfi untuk kubagikan di media Instagram.
Lima menit pertama setelah instastories itu kubagikan, banyak DM yang masuk memujiku cantik. Aku tidak terlalu minat membacanya satu persatu, ada ratusan DM di permintaan yang hampir semuanya memuji penampilanku.
Aku bahkan terkekeh ketika melihat ada banyak laki-laki yang berminat mendekatiku, tidak hanya dari kalangan biasa, selebriti pun ada yang mencoba mendekatiku.
Ah! Aku kurang menjelaskan ya, jadi memang sejak SMA aku aktif memposting kegiatanku di sosial media dan sampai detik ini, aku berhasil memiliki hampir tiga ratus ribu followers di Instagramku, aku juga punya manager yang mengurus jadwalku baik itu paid promote, store visit, collab dengan sebelgram lain, apapun itu semuanya diurus dengan managerku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandi Rasa
Teen Fiction[Bab tidak lengkap, untuk baca lengkap silakan ke Karya Karsa] "Kalau ada satu hal yang ingin aku lakukan, itu adalah mempertahankanmu. Sayangnya, aku tidak bisa, entah karena keadaan atau karena takdir yang tak terelakkan." Selama delapan belas tah...