You will be immersed in my game. Bitch, ucap Caroline dalam hati.
Menangkap tatapan tajam Caroline, merasa akan ada singa betina yang siap menyerang. Caroline mengambil ipad XOV, entah apa yang dia ketik di sana. Dellza hanya bisa memperhatikan. Kemudian Caroline meletakan kembali ipadnya di meja.
"Kau akan memainkan game apa, lustich?" tanya Altherr.
Caroline menoleh. "Lustich?"
"Let me guess! Let me guess!" Ben tampak antusias dan memajukan posisi duduknya. "Jika aku menebaknya dengan benar, kau akan memberiku apa?"
"Apapun."
"Okay! Lustich, lust bitch!"
Jerome tersenyum miring. "Nama yang cocok," katanya dengan pelan. Namun Dellza masih bisa mendengarkan.
Altherr tersenyum. "Exactly!"
"Yyyaaasssss! It's so fucking easy, man!" Ben sangat senang.
Tiba-tiba Caroline menaikan satu kakinya dan menyentuh dada Altherr dengan kakinya. Ben, Jerome dan Dellza yang melihatnya tercengang. Altherr terlihat mematung dan melirik kaki beralas heels itu di bawah matanya.
"Why do you call me like that, sexy?!" kata Caroline setengah berteriak, "kau berpikir aku jalang?"
Jarome tertawa hambar. "Tsk! Dia benar-benar butuh cermin."
Dellza melirik Jerome dan pria itu sempat menatapnya, kemudian memalingkan wajahnya. Altherr menepis kaki Caroline dengan kasar dan membalasnya dengan melakukan hal yang sama pada gadis arogan itu.
"Jangan bersikap sembarangan padaku. Tidak peduli kau adalah teman. Mengerti?" kata Altherr dengan dingin.
Caroline tersenyum dan memegang kaki Altherr, dia meletakannya di salah satu buah dadanya. "Touch me here," katanya.
Gross. Aku benar-benar ingin pergi dari sofa ini, ucap Dellza dalam hati.
Altherr menarik kakinya dan memalingkan wajahnya dari Caroline, menikmati vodkanya. Arah mata Caroline tertuju pada Dellza, dia merasa geram dan malu atas sikap Altherr padanya di depan pramuria itu. Seorang wanita menghampiri mejanya. Hannah meletakan satu gelas kosong di meja. Sempat dia dan Dellza saling melempar tatapan, setelah itu Hannah segera pergi daripada akan berurusan dengan Caroline Moore.
Caroline menghela napas. "Well, let's play game! Tapi ini hanya antara aku dan Dellza Leuzinger."
"Sesuatu yang buruk akan terjadi padamu," ucap pelan Jerome yang duduk di sebelah Dellza.
Permainan yang diputuskan Caroline adalah never have - ever game. Permainan ini tentang kejujuran. Hanya saja konsep yang Caroline mainkan berbeda. Jika jawabannya ever, pemain harus meminum minuman yang tersedia dan bila jawabannya never have pemain harus melepas sesuatu yang melekat di tubuh. Caroline sengaja membuat bagian never have menjadi lebih menantang, memastikan Dellza yang mana adalah lawan mainnya akan memberikan jawaban yang jujur.
Dellza berdiri. "Aku tidak setuju dengan tantangan bagian never!"
"Eh, are you scared?" balas Caroline.
"No! Aku hanya merasa kau ingin menjebakku. Lagipula aturan bermainnya tidak seperti ini," balas Dellza dengan suara tinggi.
Suaranya sampai membuat tak sedikit orang berpaling padanya. Mereka tercengang dengan keberanian Dellza yang meninggikan suaranya para Caroline, wanita yang dikenal ganas di XOV. Caroline sendiri merasa terkejut, pertama kali ada yang berani bersikap seperti itu padanya. Caroline berdiri dan menyebut Dellza pengecut. Merasa tak terima, Dellza akhirnya kembali duduk dan menantang Caroline untuk segera memulai permainan. Seumur hidup Dellza, tak ada yang pernah menyebutnya pecundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The MAFIA Lord's Desires
Romance"I'm selfish, I just want you to be only MINE." Altherr Goncalve, mafia Don yang paling ditakuti. Mysterious, abusive, powerful and dominant. Ia tak lepas dengan tindakan ilegal. Kriminalitas sangat melekat dihidupnya. Sibuk berbisnis dan berperang...