Tubuh gadis itu menggeliat, menandakan terbangun dari tidur. Kedua kelopak matanya terbuka, menatap langit-langit dengan mata menyipit. Kemudian mengambil posisi setengah duduk, seketika Dellza terkejut sampai matanya terbuka lebar tatkala melihat pria yang tengah duduk di single sofa. Siapa lagi kalau bukan Altherr, putra mahkota Goncalve itu terkesan gentleman dengan mengenakan black suit dan cara duduk seperti bos dengan satu kaki kanan bersila ke atas kaki kiri. Dellza melirik jam menunjukan pukul 07.53 AM.
"Good morning, Dellza," ucap Altherr.
Aku merasa pagiku tidak berkah karena melihat iblis ini. Dellza membatin.
Altherr beranjak. "Kau begitu tidak menyukaiku sampai merasa menyesal melihatku."
Dellza tetap memalingkan wajahnya sampai Altherr duduk di tepi ranjang dan mencekal tangannya seraya menariknya, baru Dellza menatap mata milik Altherr. Ditatapnya kedua mata gadis itu dengan intens, cukup bengkak.
"Kau menangisi hal yang sebenarnya tidak perlu kau tangisi, sayang. Kau hanya mempersulit dirimu sendiri," gumam Altherr.
Dellza membalas, "Jangan mengejek rasa sakit yang tidak kau alami."
Altherr diam.
"Dan ya, perlu kau ingat jika kau yang mempersulit diriku. Percuma juga mengatakannya. Kau tidak bisa mengerti, tidak akan pernah mengerti."
Altherr mempererat cekalannya, membuat Dellza meringis kesakitan. "Our scores are the same, baby. Kau dan aku tidak saling mengerti. Aku tidak mengerti apa yang kau rasakan, begitupun dirimu."
"Obsesimu tidak bisa diterima, Altherr. Kau memaksa sesuatu berdasarkan keinginanmu sendiri. Kau ...." Dellza menjeda ucapannya.
Altherr mengangkat satu alisnya dan tersenyum miring. Ia melepas cekalannya, menggantinya dengan menggenggam tangan Dellza secara lembut. Dari cara Altherr menatap Dellza, gadis itu mengerti dengan apa yang pria itu sampaikan. Dellza teringat janjinya semalam di kaki Altherr.
Altherr melepas genggamannya. "Berhati-hatilah ketika bicara padaku, okay?"
Selanjutnya Altherr beranjak dan mendekat ke jendela, ia membuka tirainya secara otomatis dan menghadap ke arah Dellza lagi. Kedua tangannya di masukan ke dalam saku celana, menatap Dellza yang menundukan kepala selama beberapa detik.
"Theo Burckhalter."
Mendengar nama yang keluar dari mulut Altherr, Dellza spontan menoleh dengan mata terbelalak. Pikirannya bertanya-tanya bagaimana bisa Altherr mengenali nama itu.
"Ah, dia yang membuatmu tidak bisa menerimaku." Altherr menghela napas berat. "Apa aku perlu menjadi pecandu narkoba supaya kau menerimaku?"
"Kau dan dia sangat berbeda. Tangannya kotor karena obat-obatan, dan tanganmu kotor karena perbuatan yang tidak manusiawi. You are the worst," balas Dellza.
Tangan Altherr yang tadinya berada di dalam saku celana, keluar dan mengepal. Wajahnya berubah dingin dalam sekejap.
"Jangan pernah bandingkan aku dengan dirinya," ucap Altherr. "Are you sure you really know him?"
"Apa maksudmu dengan bertanya begitu? Who the fuck are you? Kau pasti hanya tahu namanya, nama keluarganya dan reputasinya. Mereka cukup dikenal di LA. Kami pernah bersama, aku sangat mengenalnya!"
Tiba-tiba saja Altherr tersenyum mengejek. "Oh, shit. Aku kasihan padamu, kau dengan percaya diri menyebut dirimu sangat mengenalnya."
"I don't ... get it. What?" Dellza mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The MAFIA Lord's Desires
Romance"I'm selfish, I just want you to be only MINE." Altherr Goncalve, mafia Don yang paling ditakuti. Mysterious, abusive, powerful and dominant. Ia tak lepas dengan tindakan ilegal. Kriminalitas sangat melekat dihidupnya. Sibuk berbisnis dan berperang...