Disekanya setitik air di sudut mata dengan jari telunjuk. Pandangannya tertuju keluar. Kekesalan belum mereda juga, membuatnya ingin berteriak sekeras-kerasnya. Bayangan Altherr bersantai di klub mengusik pikirannya. Dellza merasa ini tidak adil. Ia gelisah dan bertanya-tanya dimana suaminya, sementara pria itu sendiri bersenang-senang di XOV. Saat ini ia di mobil bersama Hannah, mereka dalam perjalanan.
"Menonton stipper? Yang benar saja," gumamnya dengan nada lirih.
Hannah yang mengemudi, meliriknya dengan sedih. "Tapi kau jangan salah sangka dulu."
Dellza membalas, "Salah sangka apa maksudmu?! Dia duduk di sana, melihat stipper! Sejak kemarin aku terus memikirkannya! Mencoba menghubunginya. Meminta maaf, tapi tidak ada satu katapun darinya. He's fucking having fun!"
Hannah meneguk saliva, ia tidak menduga Dellza akan semarah ini karena ucapannya.
"Aku tahu aku salah karena tidak memberitahunya sejak lama. Tapi ... uhmm." Dellza memegang kepalanya. Tampak kesakitan.
Mobil Hannah berhenti saat lampu merah. Ia memegang pundak Dellza dan bertanya apa yang terjadi. Dellza tiba-tiba merasa sakit kepala sebelah.
"Sampai di rumah nanti, kau langsung istirahat okay."
Suara ponsel Hannah berbunyi, tanda pesan masuk. Hannah melihatnya. Nomor tidak dikenal.
Kerja bagus. Terimakasih sudah bekerja sama denganku, batin Hannah membaca pesannya. Ia mengernyit dan teringat Allard Mackenzie.
Dellza memergoki pelayan bar XOV itu yang tersenyum sendirian sambil melihat ponsel. "Jangan merasa bahagia di saat temanmu yang sedang sedih berada di dekatmu," katanya.
Hannah menurunkan senyumnya dan mematikan ponsel. "Sensitif sekali."
"Aku melihat suamiku menonton stipper!"
Hannah menatapnya horror, memegang stir dengan perasaan agak takut karena Dellza di saat marah begini caranya bicara sangat menakutkan.
At XOV ...
Allard kembali masuk ke klub. Kecemasan Daniel merayap di sekujur tubuh ketika mendapat sorot dingin dari Altherr Goncalve. Sudah lama si pengawal itu tidak dapat tatapan itu dari Tuannya. Altherr menyuruh Daniel untuk mengerahkan pengawal datang ke lokasi Dellza. Setelah Daniel selesai menelepon, Altherr belum beranjak dari posisinya.
"Bukannya kau sudah dengar perintahku sebelumnya? Istriku tidak boleh pergi tanpa pengawal!" kata Altherr. "Masalah Blodeyn dan Ben, Cartel De Dex memang sudah selesai. Tapi G7 Mafia masih punya banyak musuh. Jarvis? Aku masih belum yakin dengan sifat mengalahnya. Dia bisa saja menculik Dellza malam ini. A bit thick!"
"Tuan, saya baru saja ingin menyusul Nyonya. Tapi Tuan keburu memanggilku. Maaf Tuan," balas Daniel sesopan mungkin.
Altherr diam. Tak di sangka pengunjung yang tidak diharapkan muncul, Kenneth dan Jasmine. Dua kakak beradik. Mantan musuh. Tidak untuk Jasmine, Altherr benci wanita itu. Tindakan kurang ajar Jasmine pada Dellza takkan pernah Altherr lupakan. Kenneth dan Jasmine menghampiri.
Kenneth tersenyum lebar. "Hey, ternyata kau sudah kembali dari Rotterdam."
Altherr tidak menggubris. Ia bicara pada Daniel, "Pergi susul istriku!"
Jasmine mengernyit. "Dellza?"
Altherr menatapnya dingin. "Wanitaku hanya Dellza."
"Ya, a--aku tahu. Kau terlihat marah. Apa ada yang terjadi di antara kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The MAFIA Lord's Desires
Romance"I'm selfish, I just want you to be only MINE." Altherr Goncalve, mafia Don yang paling ditakuti. Mysterious, abusive, powerful and dominant. Ia tak lepas dengan tindakan ilegal. Kriminalitas sangat melekat dihidupnya. Sibuk berbisnis dan berperang...