Dahinya mengernyit melihat ada beberapa truk yang terparkir dan orang-orang yang sibuk membawa kursi, meja serta perabotan pesta ke dalam mansion melalui pintu samping. Railing di sekitar depan mansion juga terhias dengan kain dan rangkaian bunga. Tangan kokoh Altherr merengkuh pinggang Dellza dan membawa gadis itu masuk.
Seperti biasa Pius si kepala pelayan menyambut mereka dengan senyuman yang khas dan keramahannya. Dellza tidak berekspresi, membuat Pius perlahan menyurutkan senyum. Pikirannya bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada gadis itu. Dia tidak tahu menahu kemana Dellza selama tiga hari ini menghilang. Akan tetapi senyuman Pius kembali mengembang tatkala melihat si Tuan Altherr mengulas senyum padanya ketika lewat di depannya.
"Oh my Gosh, my heart!" Pius memegang dadanya dan masih menatap punggung Altherr yang berlalu.
Moses yang melihatnya merasa geli, dia menepuk punggung Pius sampai si kepala pelayan itu sedikit terpental ke depan.
Pius menatap Moses dengan kesal. "Damn, Moses! Menganggu saja!"
"Haha, kau merasa begitu bahagia melihat Altherr tersenyum," kata Moses.
Pius menerawang dengan gayanya yang imut. "Ini pertama kali aku melihat Tuan Altherr tersenyum tulus seperti itu. Apa kau sepemikiran denganku Moses, kalau ... itu karena Nona Dellza?"
"Yeah." Moses menghela napas dan tersenyum kecil. "Tuan merasa bahagia menuju hari besarnya."
Pius menatap Moses dengan heran. "Tapi bagaimana dengan Nona Dellza? Dia tidak tampak bahagia."
"Nevermind, jangan bergosip! Lanjutkan pekerjaanmu." Moses melangkah pergi.
Pius masih saja memikirkan Dellza. Sampai dia mengingat bila gadis itu mengalami hal-hal buruk karena Altherr, ia merasa kasihan.
Altherr masih merengkuh pinggang Dellza. Gadis itu melihat ke sekeliling di sepanjang langkah. Interior mansion dipenuhi dekorasi pesta yang dominan warna putih, hitam dan emas. Tak sedikit orang yang terlihat begitu sibuk.
"Jangan terlihat murung, sayang." Suara Altherr membuat perhatian Dellza teralihkan. "Keluarga besarku sedang menunggumu. So please, darling. Tersenyumlah saat bertemu mereka nanti. Sedikit saja, tidak apa-apa."
Keluarga besar? Dellza lantas kepikiran, sebanyak apa yang akan dia temui. Dia merasa gugup. Ketidaknyamanannya dirasakan oleh Altherr, sampai pria itu menghentikan langkah kakinya dan menangkup wajah Dellza dengan sayang. Tatapan pria itu lembut sekali, namun Dellza enggan menatap wajahnya.
"Aku janji, tidak akan lama. Setelah kalian bertemu, aku akan membiarkanmu istirahat. Okay?" ucap Altherr.
"Dellza!" Johnny berlari ke arah mereka.
Altherr menurunkan tangannya dari wajah Dellza dan menatap Johnny dengan dingin. Bos mafia itu menyuruh Johnny untuk melihat-lihat mansion, sementara dia dan Dellza akan menemui keluarga. Moses yang baru saja datang langsung mengerti dengan tatapan majikannya. Dia kemudian mengajak Johnny pergi. Sebelum itu, Johnny melirik Dellza sahabatnya yang tak berekspresi. Altherr menggenggam tangan Dellza dan melanjutkan langkahnya menuju sebuah ruangan.
Kedua pengawal membukakan pintu yang menjulang tinggi untuk Altherr dan Dellza. Ruangan itu biasa disebut Familia Goncalve's room. Ruangan dengan perabotan sofa, televisi, meja, rak dan sebagainya. Yang paling mencolok adalah foto-foto Keluarga yang terpanjang dan lambang Goncalve yang berukuran besar. Ruangan tersebut biasanya digunakan para Goncalve dan kerabat untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan urusan besar keluarga.
Pandangan Dellza yang mulanya kosong mendadak sepenuhnya sadar ketika melihat orang-orang di ruangan itu. Ada beberapa orang dewasa yang Dellza kenali dan juga tidak, serta gadis remaja juga satu anak laki-laki. Di antara mereka semua, Jarvis Goncalve yang lebih menerima sorotan mata Dellza. Pria berusia empatpuluh tiga tahun itu mencoba bersikap normal. Dada Dellza sesak sekali melihat suami rahasianya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The MAFIA Lord's Desires
Romance"I'm selfish, I just want you to be only MINE." Altherr Goncalve, mafia Don yang paling ditakuti. Mysterious, abusive, powerful and dominant. Ia tak lepas dengan tindakan ilegal. Kriminalitas sangat melekat dihidupnya. Sibuk berbisnis dan berperang...