PART 33 - Dinner Invitation

13.7K 1.2K 121
                                    

"Kita pulang."

Kalimat itu tidak sesederhana yang orang lain pikirkan bagi Altherr. Dia tidak menduga Dellza akan mengatakannya. Dellza menangkap pandangan mata Altherr yang terpaku padanya. Wanita itu tersenyum, tertawa pelan dan meminta Altherr untuk tidak menatapnya seperti itu.

Altherr bertanya, "Apa masa hukumku hanya sesingkat ini?"

"Sebelum aku berubah pikiran. Ayo, kita pulang. Come on!" Dellza berdiri dan mengulurkan tangan.

Dellza yang polos, atau terlalu baik hati sehingga ia bersikap lembut begini padanya setelah apa yang ia dapatkan dari tangan dingin Altherr Goncalve. Pria berusia 28 tahun itu menyambut uluran tangannya dan mereka meninggalkan kamar. Daniel yang sedang menonton televisi langsung mengangkat bokongnya dari sofa.

"Nyonya Goncalve, kau ... akan membawa Tuan kemana sekarang?" tanya Daniel, "kau akan merantainya di luar seperti ..."

"Istriku ingin aku pulang, Daniel," jawab Altherr.

Daniel tersenyum lebar. "Ahhh, yaa ... sepertinya kalian sudah berdamai."

Lirikan mata Daniel tepat pada tangan si Tuan dan Nyonya Goncalve yang berpegangan. Dellza lantas melepas tangannya dari Altherr, lalu berjalan lebih dulu. Altherr memberi tatapan jengkel pada Daniel, seandainya Daniel tidak memperhatikan mereka berpegangan, maka sampai sekarang tangan halus Dellza masih menggenggamnya. Daniel hanya menahan senyum. Daniel yang akan mengemudikan mobil, sementara Altherr dan Dellza duduk di belakang dengan berjaga jarak.

"Daniel, nanti mampir ke apotik dulu ya. Aku ingin mengobati tangan Altherr," gumam Dellza.

Daniel menganggukan kepala sambil menatap Dellza dari kaca spion. Altherr memegang lengannya yang terdapat luka sayat. Bayangan ketika Dellza dengan berani menyayat lengannya menggunakan pisau terlintas di benaknya.

"Kau bisa melakukannya di mansion," ucap Altherr.

Dellza menatapnya. "Lebih cepat, lebih baik."

Mobil mewah itupun melaju meninggalkan villa. Mereka tiba di apotik yang tidak jauh dari villa. Kedatangan Dellza dan Altherr membuat apotik mendadak hening. Para petugas yang mematung dan beberapa pengunjung yang memperhatikan mereka. Dellza mengulas senyum untuk mereka, bersikap ramah. Sementara Altherr memasang wajah yang dingin dan kaku. Dellza agak sebal melihat suaminya ini yang mengunci soft attitude. Altherr duduk di kursi sementara Dellza mendekat ke meja untuk mengajukan beberapa barang yang dibutuhkan. Apotik kembali bergerak.

Dellza mendekat, meletakan beberapa barang di meja kecil dan duduk di sebelah Altherr. Dellza menggulung lengan kemeja Altherr ke atas sampai luka sayatnya terpampang jelas.

"I'm sorry for this," ucap Dellza.

Altherr melirik. "It's okay. Luka ini tidak seberapa dengan luka yang aku berikan padamu."

Dellza tidak mengatakan apa-apa lagi. Ada benarnya kata Altherr, tapi ia tidak ingin membahas ini di tempat umum. Pertama Dellza membersihkan lukanya, kemudian memberi obat merah dan memplesternya.

"Sejak tadi kau diam saja. Tidak terasa perih atau kau menahannya?" tanya Dellza.

"Wajahmu mengalahkan rasa perihnya." Altherr membelai rambut Dellza dengan sayang.

Dellza merasa canggung dan menurunkan lengan kemeja Altherr dengan segera. Kemudian mengajak Altherr untuk pergi, ia melangkah lebih dulu. Altherr tersenyum geli dan menyusul. Di perjalanan menuju Goncalve's mansion, Dellza tertidur. Ingin sekali Altherr menarik wanita itu agar bersandar dibahunya, namun ia biarkan Dellza dalam posisi nyamannya sendiri. Ia hanya membuat bangku yang Dellza duduki sedikit rendah agar punggungnya nyaman.

The MAFIA Lord's DesiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang