Menjadi casanova kampus bagi Gulf bajingan kanawut sudah hal biasa. Hanya mendapat satu kedipan saja sudah dipastikan empat, sepuluh wanita akan kegaet dengan mudahnya.
sakali dayung tiga empat pulau terlampaui, itu kutipan favorit si tuan muda kanawut.
Melangkah dengan kaki jenjangnya menuju ruang kelas, duduk di bangku pojok mengasingkan diri dari peradaban. Tak lama Siwat datang dengan langsung menjatuhkan tas bawaannya dramatis. Terkejut melihat entisitas kawannya berada di kelas. biasanya temannya itu akan mengskip kelas pagi dan lebih memilih rasa kantuknya akibat bermain game overwatch terlalu larut.
"Kau benar-benar Gulf Kanawut?" Siwat bertanya heboh sembari menangkup wajah Gulf ia arahkan ke kanan ke kiri guna mengecek keaslian produk Ibu Aim dan Bapak Kanawut.
"Ck ini memang aku, bodoh," decak Gulf menepis tangkupan Siwat dari pipinya.
"Dunia sepertinya akan terguncang." Siwat mendudukan diri di bangku depan Gulf, memicing curiga tidak mungkin sahabatnya ini menghadiri kelas pagi jika dia memang diberi azab yang di Atas.
"Kau saja tak pernah melihatku dulu sering datang pagi."
"Iya aku tak melihatnya karena setelah datang kau absen terus cabut, sama aja bohong namanya." gedek Siwat, memicing curiga ke Gulf. "Coba sekarang beri tahu aku kenapa bisa di kampus bahkan dua jam sebelum dosen mengisi kelas, pasti ada sesuatu."
"Memperbaiki nilai."
"Tunggu... Perbaikan nilai ini ngarah ke cara mahasiswa normal atau jalur dalam?" Siwat memastikan, tidak mau berpikiran positif dulu karena kawannya ini yakin berada diopsi tidak seharusnya ada.
"Jalur dalam."
Nah kan benar dugaannya, udahlah tuh anak tak ada benernya.
"Anak rantau dilarang protes jika tidak mau sultan blacklist dari Thailand." Apa daya Gulf sudah bersabda, Siwat hanya kicep tidak mau sumber uang jajannya hilang.
"Ampun baginda..."
Notifikasi khas ponsel canggih dengan logo apel digigit separuh, milik Siwat berbunyi menandakan ada seseorang yang mengirim pesan padananya. Dia membaca sederet teks dari Off yang menyuruhnya untuk menyusul dia ke kantin gedung dua dengan jarak tidak jauh dari posisi mereka berada.
"Kuy kantin gedung dua, Phi Off yang nraktir." Siwat berdusta mengenai traktiran Off.
Dua sohib itu segera beranjak dari sana, melupakan jadwal kelas pagi yang mereka miliki.
• • •
Setibahnya di kantin sudah disuguhi Off dan Boun hinggap di meja para ciwi-ciwi berkumpul untuk menggodanya, tidak sih hanya Off saja sedangkan Boun meminum es jeruknya sambil duduk santai menemani pemuda bermata monolid.
Tak pakai lama Gulf menyeret dua makhluk itu untuk duduk di meja kosong lainnya.
Off terkejut menyadari yang menyeretnya barusan adalah Gulf. Ini kedua kalinya dia melihat Gulf di pagi cerah begini.
"Kau beneran berniat menjadi anak rajin ya?" Off bertanya serius.
"Tidak, hanya mau membenahi nilai," sangkal Gulf.
"Jangan bilang..." Gulf mengangguk tahu apa yang akan dilontarkan Boun.
"Sama Bu Laura lagi?" tebak Off.
"Banyak tanya banget si anjing." Gulf berkata sinis.
Dia memanggil salah satu penjual yang kebetulan sepi dan bisa menghampirinya untuk mencatat pesanan. "Saya pesan satu khao tom porsi sedang, yang bayar dia." Gulf menunjuk Off yang blang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] I Found You (MewGulf)
FanfictionPemuda yang memiliki pamor playboy dan berandal tak pernah membayangkan menjadi pihak bawah. Namun, seorang pria berbuntut satu membalikan dunianya begitu saja dengan lancang. Lantas, apa pemuda itu menerima kehadiran pria tersebut dihidupnya? "Papa...