"Mae, Gulf tersayang mu pulang~" teriak mendayu Gulf saat sampai di mansion orang tuanya.
"INGAT PULANG KAMU?!" teriakan membahana Ibu Aim membuat Gulf berpikir sejenak alasan dia pulang.
Gulf mendekati Ibunya yang sedang duduk di sofa ruang tamu seraya berpikir apa tujuan sebenarnya kemari, dia sudah lupa.
1 menit..
2 menit..
3 menit..
Akhirnya Gulf menemukan jawabannya. Dia kemari untuk menjenguk Ibunya yang sedang sakit. Dan apa-apann ini? Ibunya terlihat segar bugar melebihi dia yang sedang terluka. Cih pasti hanya akal-akalan Bapak Kanawut.
"Jadi ada apa kau pulang anak nakal? dan apa ini yang menghiasi wajah mu?" tanya Ibu Gulf.
Gulf melirik sinis Phonya sebentar lalu kembali bergulir pada sang Ibu.
"Luka ini hanya pertengkaran kecil, Mae tak perlu khawatir. Tapi, masalah yang lebih parah, Pho berkata 'Mae sakit keras' bahkan Pho bilang 'Mae jelek jika sedang sakit' maka dari itu aku mengkhawatirkanmu dan pulang." Tak tanggung-tanggung Gulf mengusili Phonya yang bucin mati dengan Ibunya itu. Sedangkan yang tengah dijahili gelagapan mencari pembelaan.
"Sa-sayang aku tak berkata kamu jelek, sungguh! Itu hanya alasan yang kugunakan supaya anak itu kembali ke rumah, aku tak tahan melihatmu gelisah sepanjang hari, percayalah kau tetap cantik dalam kondisi apapun." Hancur sudah wibawah Pak Kanawut.
"Pak tua, nanti kita selesaikan berdua." Tatapan tajam melayang untuk suaminya yang tertunduk pasrah. Nyonya Kanawut bergulir ke putra semata wayangnya.
"Nanti obati lukamu itu." Menekan kasar luka yang masih membiru mengakibatkan Gulf meringis kesakitan.
"Aoh Mae, sakit! Jangan menekannya." Gulf memegangi lukanya yang ditekan oleh sang Ibu.
"Jika sakit jangan menjadi sok jagoan mangkannya." Geplakan mendararat pada kepala anaknya.
Ucapan Nyonya Kanawut terinterupsi sesaat setelah gendang telinga mereka menyerap suara dari arah ambang pintu. "Permisi."
"OMONACK!!" Ibu Aim berteriak terkejut ala-ala drakor yang ia tonton akhir-akhir ini. Lalu menghampiri pria berpawakan tinggi tersebut.
"Siapa pria tampan ini, Gulf?" Landangan Ibu Aim tidak lepas dari penampilan pria itu. Namun tak lama, ada suara cadel dari arah belakang pria itu.
"DADDY! MANA PAPA GULF? KOK ARON DITINGGAL SIH."
Disitulah Ibu Aim pingsan mendadak.
• • •
Ruang tamu mansion keluarga Kanawut menjadi sunyi tak ada yang bersuara, Ibu Aim juga sudah sadar dari pingsan mendadaknya tadi.
"Gulf, kau baru kabur satu hari kenapa sudah punya anak? Kapan melahirkannya? Kenapa tidak menghubungi Mae?" Ibu Aim bertanya heboh.
"Aku saja baru bertemu dia di jalan tadi," Dusta Gulf, "dan jika Mae lupa aku ini laki-laki tulen tidak bisa hamil apa lagi melahirkan."
"OMO! berani-beraninya kau ngadopsi anak tanpa persetujuan Mae." Gulf yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas beratnya. Tak habis pikir dengan Mae-nya yang mengaku mantan fujoshi ketika masih muda.
"Maaf saya menyela, ini ada kesalah pahaman, saya hanya ingin mengembalikan ponsel milik anak anda." Pria itu tersenyum canggung.
"Oih benarkah? Maaf, aku jadi malu sendiri."
"Tidak apa-apa." Mew tersenyum manis layaknya gula.
"Sebagai pertanda maafku kau bermalam saja di sini, kasian juga melihat anak kalian mengantuk seperti itu."
"Ayolah Mae, dia bukan anak Gulf, dia anak paman itu ok." Tegasnya.
Gulf menunjuk Mew. "Dan kau! kemarikan ponselku." Pemuda Kanawut merampas cepat ponselnya dari geganggaman Mew lalu bangkit dari sana dan langsung caw ke kamarnya yang berada di lantai dua. Lagi pula kenapa bisa ponselnya tertinggal di mobil paman tua itu padahal ia merasa sudah mengamankannya di kantong celana. Sudahlah Gulf tidak mau ambil pusing.
"Anak itu lupa dengan sopan santun rupanya." Ibu Aim menggelengkan kepala, nampaknya ia harus menyekolahkan kembali anaknya ke bangku sekolah dasar.
Nyonya kanawut beralih ke Mew sedang memangku Aron yang sudah terlelap kembali. "Sebentar, sepertinya aku pernah melihat wajahmu, tapi di mana ya?"
"Mew sialan, berani sekali kau meninggalkan ku!"
Nyonya dan Tuan Kanawut cengoh melihat seorang wanita nyelonong masuk rumah dengan mengumpat. Siapa yang tidak terkejut coba?
"Eh maaf saya lancang masuk, perkenalkan saya Mild adik orang itu." Dia menunjuk Mew.
Disitulah Aim seperti melihat salinan sahabatnya tepat berdiri di hadapannya.
"Oh ya ampun, aku ingat, kalian anak Akira 'kan?" kata Ibu Aim, "Masuk sini, nak."
Mild menghampiri mereka dan duduk di sebelah Mew.
"Bagaimana Bibi bisa mengenal Ibu kami?" tanya pria jangkung itu.
"Panggil saja Mae jangan sungkan dan soal Ibumu itu Mae sudah berteman sejak di bangku sekolah menengah atas tapi kita berpisah saat dia kuliah di luar negeri ikut Ayahnya berpindah tugas di sana tapi sampai saat ini Mae tidak tahu dia berpindah ke negara belahan mana." Diakhiri kekehan tak berdaya dari Aim.
"Ibu saya sekarang berada di Amerika dengan Ayah saya, Mae," jawab sopan Mew.
Aim menghembus nafas legah, "Syukurlah, Mae senang mendengarnya."
"Nak Mild, sangat cantik mirip sekali dengan Ibumu." Mild mengulas senyumnya seraya berucap 'terima kasih'
"Kebetulan sekali bukan? Nah, sekarang nak Mew tidur di kamar tamu, nak Mild juga ya, biarkan maid mengantar kalian, kita lanjut besok mengobrolnya," ujar Aim lemah lembut membuat siapapun yang mendengarnya merasa terlindungi.
Mew mengangguk dan menggendong anaknya bersiap tidur. "Khopkuna, Mae, radrisawat kráb."
Nyonya Kanawut tersenyum kala membalas ucapan selamat malam dari Mew. "Radrisawat kráb."
Sedangkan Mild mengekor di belakang kakaknya.
"Aish anak-anak memang menyusahkan," keluh tuan Kanawut setelah para tamunya pergi bersama maid yang diperintah Ibu Aim untuk mengantarkan anak teman baiknya.
"Jika tak mau repot ya tak usah buat anak, bodoh." Pak kanawut langsung terdiam. Ceritanya suami takut istri begitu.
—
Bye<3Ibu Gulf dan Ibu Mew berteman ges hehehe.

KAMU SEDANG MEMBACA
[End] I Found You (MewGulf)
FanfictionPemuda yang memiliki pamor playboy dan berandal tak pernah membayangkan menjadi pihak bawah. Namun, seorang pria berbuntut satu membalikan dunianya begitu saja dengan lancang. Lantas, apa pemuda itu menerima kehadiran pria tersebut dihidupnya? "Papa...