Gulf mendesah panjang kala pemuda jangkung sedari tadi membuntutinya dari pemakan hingga sekarang di pinggir jalan yang sepi tak ada satupun kendaraan lewat. Ia memutuskan berhenti menjejak dan berbalik menatap pemuda itu turut berdiam diri di tempat berjarak delapan langkah dari Gulf berpijak.
"Joong," Gulf bedecak, "kau tertangkap basah, sekarang pulanglah."
Setelah berbicara ia berbalik kedepan melanjutkan kembali jalannya, mencoba acuh dengan keberadaan Joong. Memasakun kedua tangannya kedalam saku sembari memandang langit yang berangsung menggelap. Tidak terasa selama itu dia bercerita, sudah banyak hal telah Gulf lewati sendiri tanpa kehadiran sang kekasih di sampingnya.
Lama-lama jengkel juga, Gulf yang habis kesabaran pun berjalan cepat menghadap pria lebih muda darinya itu. Jadi mereka saat ini menatap muka satu sama lain sangat jelas.
"Sudah kubilang jangan mengikutiku, brengsek!" Gulf menendang tulang kering pengawal yang belum genap sebulan bekerja tersebut.
"Aduh sakit!" Protes Joong, meringis kesakitan sembari memegangi satu kakinya yang ditendang penuh energi. Mungkin memar sebagai efek nantinya.
"Mampus! Lagi pula kau pikir aku bayi yang harus dijaga segala hah?!"
"Tidak bisa, tugasku menjagamu agar tetap aman atas perintah Tuan."
"Tapi kau memang bayi gede yang barbar dan tidak tahu terima kasih, jika aku menjadi Tuan Mew, sudah ku lempar duluan kau ke sungai Amazon," cibir Joong.
"Sialan mulutmu Joong," keluh Gulf. "Lebih baik balik sana, katakan pada Tuanmu itu urusan kita sudah selesai, aku bisa menjaga diri dengan baik."
Joong mengulang kalimatnya, "keras kepala banget jadi orang, sudah kukatakan... aku tetap menjagamu atas—"
"Iya, ya, terserah, mau menjagaku sampai akhir hayatmu juga terserahmu," tukas Gulf pasrah. Lupa jika perintah paman itu tidak bisa diganggu gugat.
"Amit, amit."
Mereka tidak memiliki umur yang jauh berbeda, mengumpati satu sama lain wajar dilakukan. Mengenyampingkan Joong sebagai pengawal dan Gulf atasan, mereka bertindak bagaikan teman bila tengah bertengkar. Namun, ketika mode bekerja, Joong akan bersikap profesional serta berucap sopan kepada Gulf.
"Kau ngapain?" Kernyit Gulf bingung.
Tak ada angin, tak ada hujan, Joong tiba-tiba melambaikan tangannya seperti memanggil seseorang. Sempat dikira gila oleh Gulf sebelum mobil taksi menepi pada posisi mereka berada. Tunggu, di jalan yang legang nan sepi ini bagaimana bisa?
"Aku memesan taksi online untuk pulang," menjawab santai seakan pemuda itu memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang.
"Masuk dulu." Joong membukakan pintu yang lekas dipatuhi oleh Gulf. Daripada ia jalan kaki ke stasiun yang berjarak cukup jauh dari pemakaman, lebih baik menurut saja.
Mobil melaju cepat sebab jalan yang kosong. Di tengah perjalanan mereka yang hening, Gulf lantas bertanya, "kau tadi bilang pulang, 'kan? memang pulang kemana?"
"Ke rumah Tuan Mew."
"Tidak!" jerit Gulf spontan, "Pak tolong antarkan kami ke apartemen xxx."
"Tidak bisa khun, nominal harga sudah dihitung sesuai jarak pada aplikasi," kata Pak supir sinkron dengan peraturan perusahaan.
Gulf menoleh ke Joong mengode untuk melakukan sesuatu. "Bergunalah sedikit selama menjadi pengawalku. Well, soon to be ex bodyguard."
Joong menghela nafas lelah. "Saya akan bayar lima kali lipat, tolong antarkan kami ke alamat yang orang sebelah saya sebutkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] I Found You (MewGulf)
FanfictionPemuda yang memiliki pamor playboy dan berandal tak pernah membayangkan menjadi pihak bawah. Namun, seorang pria berbuntut satu membalikan dunianya begitu saja dengan lancang. Lantas, apa pemuda itu menerima kehadiran pria tersebut dihidupnya? "Papa...