Knock it

6.7K 521 14
                                    

Sesuai yang dikatakan Boun kemarin, mereka menghabiskan akhir pekan di taman hiburan. Boun mengajak kekasihnya Prem untuk satu tiket bersama. Sedangkan, Siwat berpasangan dengan Gulf, dan Off dengan temannya Gun. Segera mereka masuk setelah mendapat tiket yang langsung disuguhi ramai orang serta banyak wahana yang siap untuk dinaiki.

"Woah... besar juga nih tempat." Kekaguman itu keluar dari mulut Siwat yang mendapat geplakan ringan dari Off untuk menyuruhnya tidak terlihat norak.

"Mau naik wahana apa dulu nih?" tanya Off, mengabaikan pelototan dari Siwat.

Gun menjawab, "Naik kora-kora yuk."

"Skip, antriannya rame kek mau unjuk rasa aja buset." tolak Boun.

"Namanya taman hiburan pasti rame lah tolol," tandas Off menoyor kepala Boun, "tuh Rollercoaster lagi sepi antriannya."

"Rollercoaster diending biar pada mual-mual mampus." Siwat tertawa jahat membuat semuanya mengumpat tak terima, kecuali Gulf yang terlampau bodoh amat.

Boun memberi usul, "Bagaimana dengan Halilintar?"

"Eh, boleh tuh! Ayo deh naik halilintar," jawab Prem bersemangat.

Apalah daya bila uke bersabda, semua kuduh setuju.

• • •

Berjam-jam telah dihabiskan untuk menaiki wahana, mulai dari yang ekstrem hingga mainannya bocah. Menyebabkan mereka kelelahan sekarang. Memilih beristirahat di meja piknik kayu tepat berada di bawah pohon rindang, sedikit menghalangi sinar matahari menusuk kulit.

Gulf beranjak dari tempat membuat yang lain memusatkan atensi padanya.

"Kemana oit?" tanya Siwat.

"Beli minum," jawabnya santai.

"Titip lima botol air mineral dong."

"Kau tidak lumpuhkan? Beli sendiri."

"Sialan mulutmu kawan, hari ini sangat panas kau tau itu." Siwat mengibas-ngibaskan kaos oblongnya.

"Tidak tau, aku bukan BMKG."

Ketika Siwat hendak membalas, Prem lebih dulu menengahi, bosan dari tadi mendengar perdebatan tak penting.

Gulf berdengus berjalan mencari minuman sekalian jajan untuk dirinya sendiri tentu saja.

• • •

Setelah semua beres, Gulf hendak kembali namun tak jauh dari meja temannya berkumpul, ada seorang anak kecil menghampiri.

"Phi apa kau tau dimana Daddy ku?" Bocah sekitar 6 tahun itu menyodorkan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab.

Reflek Gulf mengernyit. "Kenapa kau bertanya padaku? Aku bukan keamanan."

"Tapi aku tak melihat mereka dari tadi, apa Phi tau di mana mereka?"

"Aku tidak tau bocah! jangan bertanya padaku lagi, membuat kesal saja." Gulf merengut, dia tidak suka dengan anak kecil yang cerewetnya minta ampun.

Tapi anak itu malah terkekeh, "Wajah Phi menggemaskan jika kesal."

Gulf melebarkan matanya tidak terima. Selama ini orang-orang memuja ketampanannya dan sekarang bocah ini seenaknya bilang bahwa Gulf menggemaskan.

"Terserah mu, aku mau pergi." Dia berjalan menjauh meninggalkan bocah itu sendiri di sana.

Tapi detik kemudian ada pria tinggi menghalangi jalannya dengan menggendong anak yang tadi ia tinggal.

Gulf terkejut mendapati wajah paman yang kemarin malam ia temui di club sekarang tengah memandangnya dengan tatapan tidak bisa diartikan. Misterius namun menuntut. Seolah mampu menghujam Gulf hanya dengan tatapannya saja.

"Kaget bertemu dengan orang yang kau cium sembarangan hm?"

"Aku tak kaget, lagi pula kenapa paman mengungkit ciuman itu? did it effect you that so much huh?" Gulf mengangkat satu alisnya berseringai mengejek.

"Daddy mengenal Phi ini?" Mew mangalihkan pandangan ke putranya. Hendak bersuara sebelum Gulf menyela duluan.

"Ini anakmu, paman?"

"Iya phi, aku anak dari Daddy."

"Daddy tadi dari mana? Aron mencari tauk," Wajahnya memberengut, "beruntung Aron bertemu Phi cantik ini."

Mendengar panggilan bocah itu untuknya ditambah raut Ayahnya yang super menyebalkan ingin sekali menonjok wajah tampan itu. Iya, Gulf tak menyangkal jika paman itu tampan, sudah tergambar dari garis rahang yang tercetak jelas ditambah muka blasteran yang khas.

"Tadi Daddy mengangkat telepon dari Lung Tong, maaf ya." Mew mengusap pipi gembil putranya.

"Aron maafkan! sekarang turunkan Aron," ucap anak itu bersemangat kala melihat permen kapas berbentuk berbagai karakter lucu. Mew pun menuruti, menurunkan putranya dari gendongan yang langsung ngacir ke pedangang permen kapas. Dia tidak merasa khawatir karena ia tetap bisa mengawasi sebab jarak yang dekat.

Gulf memutar bola matanya malas menonton drama antara anak dan Ayah itu, menggelikan.

"Pendidikan karakter anak sejak dini itu penting, kecil-kecil sudah berani menggoda yang lebih dewasa belum lagi yang digoda seorang pria sangat tidak pantas untuk dilihat."

Mew menajamkan matanya, tidak suka atas penuturan yang menyindir anaknya barusan, "Apa maksudmu, kid?"

"Aku tak akan mengulanginya dua kali dan jangan menemuiku meski kau melihatku, kita tak saling kenal, paman." Gulf berjalan acuh melewati Mew. Namun, tangannya dicekal lebih dulu oleh Mew dan menariknya kembali ke posisi semula.

"Setidaknya meminta maaf atas kesalahan yang dibuat secara sadar itu baru artinya kesopanan." Mew menatap Gulf intens. "Jadi disini yang tidak sopan kau atau anakku?"

Gulf awalnya tak mengerti ucapan dari paman di depannya, sebelum mengingat jika paman ini selalu mempersalahkan perihal ciuman mereka.

"Kau sebegitunya terobsesi dengan kata maafku ya? Baik aku turuti dan urusan kita selesai ok." Gulf melepaskan cengkraman Mew dari pergelangan tangan dengan kasar kemudiam mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak.

"Ko tod krab," ucap Gulf meminta maaf sesuai yang diinginkan Mew. Sungguh merepotkan.

"Sudah puas?" Gulf menekankan setiap silabel yang keluar dari mulutnya dengan tatapan remeh.

Mew memasang muka datar, ia bukan orang yang gampang meledak atau merasa harga diri paling berharga dari pada nyawa, seperti pemuda di hadapannya ini. Mew tipe orang yang pintar menahan diri.

Tanpa disadari Aron sudah kembali lagi pada Ayahnya.

"Dady biarkan Phi itu pergi, ayo kita jalan-jalan dan membeli permen kapas." Ajak Aron menggoyangkan tangan Mew menatap sang Daddy yang menjulang tinggi.

"Baiklah, mari kita pergi," kata Mew pada anaknya. Berjalan melewati Gulf yang sekarang menyeringai kemenangan.

Walau Mew tak berbicara padanya, tetapi Gulf dapat melihat kekesalan yang samar di wajah Mew. Astaga ini semakin seru.

"DADAH PAMAN! JANGAN LUPA UNTUK MENYUSUI ANAKMU!" jerit kencang Gulf sambil melambaikan tangan. Menjadikannya sebagai pusat perhatian.

Gulf berlari kecil menuju sahabatnya yang berharap jika mereka juga dibelikan minum oleh Gulf.

Poor Off, Boun, Siwat, Prem, Gun

__
Bye<3

[End] I Found You (MewGulf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang