"Paman, apa masih lama?" keluh Gulf meletakan ponsel setelah ia mainkan di sebelahnya melihat Mew yang sedang fokus dengan jalanan.
"Sebentar lagi."
"Tsk, lebih cepat paman."
"Tidak bisa, jika terjadi kecelakaan kau mau bertanggung jawab?"
"Kau terlalu lelet paman, sini biarkan aku yang mengemudi."
"Diamlah Gulf atau kuturunkan kau di sini," Ancamnya.
Gulf mendengus memandang tak bersahabat ke Mew. Bersedekap dada, menyandarkan diri pada jok mobil mengalihkan pandangan ke luar lebih enak dipandang dari pada memperhatikan paman itu menyetir.
Tak selang lama, mobil Mew berhenti disebuah mansion tengah kota.
"Apa disini?" Mew memastikan jika ia berhenti pada rumah yang benar, sedang Gulf tak menjawab langsung turun tanpa mengucap terimakasih.
Mew menggelengkan kepala. Saat hendak menyalakan mesin mobilnya kembali ada ketukan kaca. Dia pun menoleh menemukan Gulf yang mengetuk. Mew segera menurunkan kaca mobilnya.
"Paman, jangan lupa motorku ya." lalu pergi begitu saja. Mew benar-benar dibuat darah tinggi jika bersama Gulf, tak tau seperti apa lagi tuk menyikapi pemuda itu.
Mew mengecek bangku belakang melihat sang anak dan adiknya masih terlelap nyenyak. Ketika mata tak sengaja melirik ruang kosong sebelah Mild ia menotice sebuah benda persegi berwarna hitam, berpikir pasti ponsel milik Gulf tertinggal. Mew pun turun berniat untuk mengembalikannya sebentar, tapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Aron yang terbangun dan mencari Gulf dengan sebutan Papa membuat Nyonya Kanawut pingsan juga Mew ikut terkejut.
• • •
Malam yang seharusnya tenang karena digunakan sebagian besar orang untuk beristirahat nampaknya tidak berlaku untuk anak tunggal keluarga Kanawut. Di dalam kamar yang cukup luas terdengar suara desahan serta umpatan.
"Ah bangsat permainan apa sih ini burik amat, kalah mulu dari tadi," Menghempaskan stik Playstation-nya saat layar TV tertera kata game over.
Gulf menuruni tangga menuju lantai bawah untuk mengambil segelas air bening guna menyegarkan kerongkongan serta pikirin yang hareudang.
Setelah sampai pada dapur, Gulf dengan tujuan utamanya mengambil air dingin di kulkas telah meneguknya separuh. Niat ingin membawa ke atas namun yang ia dapat malah air dalam mulutnya yang belum sempat tertelan, menyembur keluar karena dikejutkan oleh bocah pendek di balik pintu kulkas.
"Pa, bisa ambilkan Aron minum?" ucapnya watados.
Gulf menaruh gelasnya di meja pantry dengan kasar hingga membuat suara yang cukup nyaring antara kaca dengan mermer. "Hei bocah! sejak kapan aku menikahi Daddymu itu?"
Anak itu manaruh telunjuknya pada dagu seperti sedang berpikir keras. "Bagaimana ya... sini deh Aron bisikin." Gulf tanpa ragu mendekat mensejajarkan tingginya, memdekatkan telinga pada mulut si kecil.
"Gendong Aron ke kamar Papa dulu." Senyum lebar mengembang pada wajah si kecil.
Gulf menggerutu kesal, "Memang benar buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
Karena rasa penasaran yang membumbung tinggi tidak bisa diabaikan begitu saja. Ia pun dengan terpaksa menggendong Aron ala koala menuju lantai dua tepatnya ke kamar Gulf.
Setelah sampai, Gulf menurunkan anak itu pada kasur king size miliknya. Dengan lancang Aron berbaring begitu nyaman. Gulf yang melihat itu hanya terdiam tak mempermasalahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] I Found You (MewGulf)
Fiksi PenggemarPemuda yang memiliki pamor playboy dan berandal tak pernah membayangkan menjadi pihak bawah. Namun, seorang pria berbuntut satu membalikan dunianya begitu saja dengan lancang. Lantas, apa pemuda itu menerima kehadiran pria tersebut dihidupnya? "Papa...