Past

3.7K 343 11
                                    

"Kau sudah mencari di arena balap yang sering ia datangi?"

"Sudah Sir, dua hari lalu saya bertanya kepada teman tuan muda dan ia tidak mengetahui keberadaan tuan muda di mana sekarang."

"Baik, terus gali informasi yang ada, jika terjadi sesuatu cepat lapor padaku." Pria itu mematikan panggilan sepihak tak menunggu jawaban dari bawahannya.

Mew kembali bercengkraman dengan kertas-kertas yang menumpuk sampai tak menyadari pintu ruangan dibuka oleh seonggak manusia kecil. Kaki yang pendek itu melangkah riang menghampiri sang Ayah bersemangat.

"Daddy!" Aron melompat-lompat kecil di sebelah kursi kebanggaan Mew meminta untuk digendong. Barulah si Ayah tersadar dengan keberadaan buah hatinya.

"Kau datang mengunjungi Daddy, jagoan?" Mew mengangkat tubuh putra dan mendudukan tubuh kecil itu di pangkuan.

"Iya, Aron kemari bersama Tante Mild." Tak lama wanita muda ikut masuk ke ruangan Mew.

"Sial, permintaanmu sangat menyusahkan," umpat Mild tanpa embel-embel Phi seraya membanting map coklat ke meja pemilik ruangan.

"Sekarang mana imbalanku." Menjulurkan tangannya kearah Mew gestur meminta sesuatu.

"Jangan ngeluh terus, nanti kupecat jadi Adik baru tahu rasa," Mild memelototi Mew, tapi tidak dipedulikan oleh si Kakak yang lebih memilih mengambil sesuatu di dompet, "ambil ini, buat jajan dan kembalikan seminggu setelahnya."

Mild berdengus mengambil kasar sebuah kartu berwarna hitam beralih ketangannya. "Dasar pelit, Phi punya dua biarkan ini menjadi milikku."

"Tidak." Singkat, jelas, padat.

"Ayolah Phi, aku janji tak akan menghilangkannya, na." Mohon Mild menunjukan ekspresi memelas.

"Cepat pergi sana, gunakan sepuasmu sebelum kembali lagi padaku," titah Mew mengusir Adiknya.

"Aku tak peduli, tidak akan ku kembalikan kartu ini." Mild keluar tapi sebelumnya menjulurkan lidah mengejek Mew.

Kurang ajar! sudah baik Mew memberikan black card sebagai uang saku. Tapi dia hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan adiknya yang kelewat seperti anak kecil.

"Dad." Suara cadel itu berasal dari Aron.

"Apa sayang?" Mew memberikan semua atensinya.

"Aron juga mau memiliki kartu yang dipegang tante Mild tadi," ucap polos bocah 6 tahun itu.

Oh Tuhan! apakah dikeluarganya ini ada orang yang tidak menyukai uang?

"Aron masih terlalu kecil untuk mendapatkan kartu seperti Tante Mild, biar Daddy yang membelikanmu," kata Mew lembut, "katakan, anak Daddy ini mau apa?"

"Ayo kita ke rumah besar dekat danau itu, Aron rindu Mami Aim," ujarnya antusias.

"Sejak kapan Mae Aim dekat dengan Aron hm?" Mew menukikan alisnya bertanya.

"Eum... kata Mami Aim, Aron boleh main kapan saja di rumah Mami dan bisa bertemu dengan Papa Gulf!" Riang bocah itu.

Oh Tuhan! apa yang sudah dilakukan Gulf pada Anaknya?

Dan berapa kali dirinya menyebut Tuhannya itu?

"Kalau boleh tahu, apa alasan Aron memanggil Phi Gulf dengan sebutan Papa?"

"Jika mau jawabannya ayo ajak Aron ke rumah Mami Aim dulu."

"Kau pintar bernegosiasi, anak nakal." Mew mencubit hidung bangir milik anaknya yang diturunkan langsung darinya.

Aron mengaduh kesakitan memegangi hidungnya yang memerah lalu memasang muka garang. "Daddy yang naughty, Aron no, no."

Mew terkekeh, bangkit menggendong sang putra tanpa memasangkan jasnya lebih dulu, membiarkan bergelantungan di tangan Mew yang bebas.

[End] I Found You (MewGulf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang