Last and Forever

1.6K 129 17
                                    

udahan yuk sedihnya, sini grizz hibur
——

Mew mengetuk pintu rumah orang tuanya. Di belakang, Gulf hanya diam menunggu. Tak lama, pintu terbuka menampilkan sosok wanita paru baya yang menyambut mereka ramah.

"Ohhh Mew, i miss you," sambut Akira, Ibu kandung Mew.

"Miss you too, Mae." Dia membalas pelukan hangat Ibunya, saling mencurahkan rasa rindu yang selama ini terpendam lewat pelukan tersebut.

Mata sehitam jelaga milik Akira beralih kearah pemuda yang berada di belakang anaknya.

"Itu siapa Mew?" tanya Akira dengan alis mengerut, "tapi sepertinya Mae pernah lihat di mana gitu."

Alih-alih menjawab Mew malah tertawa. "Itu Gulf, anak temennya Mae, Bibi Aim."

"Oh astaga, Mae ingatnya Gulf kecil," Lalu Akira tersenyum jahil ke Mew, "Ini toh pemuda berandal yang dicintai anak Mae."

Mew memberi senyum lebarnya sebagai respon.

"Yaudah gih sana masuk dulu, Mae mau bicara dengan nak Gulf."

Mew menurut, ia masuk ke ruang keluarganya dan terkesan karena ruangan itu terisi oleh member Jongcheveevat lengkap.

"Welcome back, Nong." Tong yang pertama menyadri keberadaan Mew.

"Thank you Phi, Aron mana?" Anaknya itu berangkat lebih dulu dengan Adiknya kemarin. Mild; anak bontot keluarga Suppasit menjawab, "Lagi main sama nanny-nya di taman belakang."

"Ini sudah sore, kenapa tidak bermain di dalam rumah saja?" tanyanya. Namun, Mild hanya diam.

"Aku akan menyusulnya." Mew hendak melangkah menemui Aron sebelum matanya melihat Ibunya dan Gulf yang datang dari arah pintu masuk.

"Yo little brother, welcome to America." Mild yang pertama kali menyapa Gulf yang dibalas memutar mata, sangat malas bertemu toak berjalan lagi.

"Apakah ini tindakan yang benar?" Tiba-tiba Tong manyahut dengan nada sinis.

Melihat raut adiknya seakan bingung dengan ucapannya lantas ia melanjutkan kalimatnya. "Kau yakin memilih seorang pemuda keras kepala yang masih melalui masa pubertasnya menjadi pasanganmu?"

"Tentu, anything wrong with that?" Mew memasang wajah tegasnya, tidak suka atas pernyataan barusan.

"Betul kata Kakakmu, dia masih mencari jati diri dan itu tidak baik bagi Aron yang bisa saja menjadi pelampiasan emosinya yang belum stabil." Kepala keluarga yang dari tadi membaca berita dari ponsel pintarnya menyahut ditengah suasana yang mulai memanas.

"Pho, Mew jamin itu ti—" Omongannya terpotong oleh Gulf.

"Betul, yang anda ucapkan memang benar saya masih pemuda ingusan yang tidak bisa bertanggung jawab pada diri sendiri." Telinganya panas direndahkan oleh orang asing ia tidak bisa hanya diam saja, "Tapi anak anda yang memaksa saya untuk menjadi pendampingnya lebih dulu, jadi tanpa mengurangi rasa hormat saya izin untuk pulang dan setibahnya saya di Thailand tolong peringatkan anak Anda untuk tidak menemui saya lagi, terima kasih."

Akira memanggil nama Gulf berusaha menahan anak sahabatnya itu namun keduluan oleh Mew yang menghalangi jalannya.

"Kau yakin ingin meninggalkan kita?" tanyanya tanpa basa-basi dengan mata nanar memandang Gulf.

Gulf diam, memilih melewati tubuh tegap Mew. Namun, diberhentikan lagi oleh paman gila itu.

"Gulf, aku mohon kau di sini semalam saja karena langit sudah menggelap akan berbahaya untuk penerbangan."

[End] I Found You (MewGulf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang