Parkiran khusus sepeda motor roda dua itu remang-remang sebab lampu jalanan hanya terdapat satu di sana. Gulf membunyikan alarm yang memberitahu letak motor kawannya berada.
Udara malam mulai terasa merasuk kulit setelah tadi berdesak-desakan dengan pengunjung lain. Jam pun sudah menunjuk angka sembilan malam, cocok untuk berkendara berkeliling kota.
"Pakai." Mew menyodorkan jasnya. "Anginnya kencang nanti kau kedinginan."
Gulf menerimanya lalu mamakainya tanpa mengatakan apapun. Namun, ada satu kalimat yang menggambar kondisi Gulf saat ini yaitu, satu aksi beribu afeksi.
"Kau memang tuan muda Kanawut, jas sangat cocok denganmu jika bersedia melepas pernak-pernik di telingamu."
"Penampilan bos yang gaul bukankah itu era baru di dunia pekerjaan?"
"Ngaco." Mew menggelengkan kepala, pemikiran anak muda selalu mengejutkan. "Kau tidak bisa menerapkannya dibisnis yang Pho mu jalani Gulf, itu akan dianggap tidak sopan dan bisa saja kau dipandang rendah oleh kolegamu karena penampilanmu tak 'pantas' bagi mereka."
"Fuck people." Gulf mengaungkan suara motor Siwat lantas menoleh ke Mew. "Naik paman."
"Sungguh?" Mew kira bakal dia yang menyetir sebab bocah ini ugal-ugalan saat menyetir, berhasil bikin orang jantungan. Dia ambil dari pengalaman tadi saat naik mobil.
"Tenang, tidak akan membuat nyawamu berpisah dengan ragamu selamanya," jawabnya santai.
"Berarti akan ada kemungkinan merenggang nyawaku beberapa menit." Mew menatap Gulf tidak percaya.
"Ya mungkin jika kau tak beruntung."
Setiap kata yang keluar dari mulut Gulf, Mew marasakan darah mulai meninggalkan wajahnya.
Tawa mengudara untuk menenangkan Mew. "Astaga bercanda, mengacalah paman kau seperti mayat hidup, cepat naik kupastikan kau aman sampai rumah."
Mew dengan terpaksa duduk di jok belakang. Kemudian dia diberi helm full face sama seperti yang Gulf kenakan.
"Pegangan yang erat, nanti jatuh tau rasa."
Mew memegang kencang pundak lebih muda.
"Peluk pinggang maksudku," sambung Gulf sengaja menggoda.
"Jangan banyak gaya kau bocah begundal."
Gulf lagi-lagi tertawa sembari mulai menjalankan motor sport berwarna putih milik Siwat dengan kecepatan sedang. Angin sejuk turut menemani perjalanan mereka pada malam penuh bintang saat itu. Kondisi jalanan yang lumayan ramai dengan kerlap-kerlip lampu yang menyala disetiap barisan gedung pencakar langit sangat indah serta membawa kesan yang tak terlupakan. Sesekali perjalanan mereka terhenti oleh lampu lalulintas menyala merah, sambil menunggu Gulf memulai pembicaraan.
"Dingin tidak paman?" tanya sang muda sedikit berteriak. Bukan perhatian, merasa tidak enak hati saja karena memakai jasnya.
[Iyain ajah udah:v]
"Tidak masalah, kemeja panjangku bisa sedikit menghalau angin." Mew mendapat balasan anggukan dari orang di depannya pertanda paham.
"Tanganmu sini," pintah Mew pada Gulf.
Gulf mengernyit tapi tetap nurut memberikan tangannya pada Mew yang langsung menggenggam telapak tangan itu.
"Kau yang kedinginan bukan aku." Jari Mew ia gerakan menggosok punggung tangan Gulf yang ia genggam.
"Aku tidak, cepat lepas." Dia berontak ingin memisahkan penyatuan tangan mereka namun dengan kukuh ditahan oleh Mew.
"Ssstt diam, lagi pula tidak ada orang yang melihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] I Found You (MewGulf)
FanfictionPemuda yang memiliki pamor playboy dan berandal tak pernah membayangkan menjadi pihak bawah. Namun, seorang pria berbuntut satu membalikan dunianya begitu saja dengan lancang. Lantas, apa pemuda itu menerima kehadiran pria tersebut dihidupnya? "Papa...