Sinar mentari masuk melalui jendela tanpa kelambu yang langsung menyoroti bingkai foto berukuran sedang di atas nakas ruang tamu mansion megah tersebut. Banyak momen yang tercetak di dalam bingkai tersebut, mulai dari pemuda yang mengenakan baju toga terlihat bahagia memegang kertas bukti lulus dengan bunga besar di tangan kananya juga ditemani pria lebih tinggi di sampingnya. Bingkai selanjutnya terdapat foto keluarga yang berisikan 4 anggota tengah menikmati matahari terbenam di pantai. Sampai, bingkai terbesar menampilkan seluruh keluarga Mew dan Gulf.
Banyak yang sudah dilalui keduanya. Hingga titik ini, titik di mana semua bisa menjadi dewasa dan menerima satu sama lain.
"Kembalikan atau aku ngadu ke Papa!!!" Teriakan ancaman menjadi nyanyian pagi hari keluarga itu.
"Ngadu saja sana, dasar cengeng." Remaja berpawakan tinggi menjulurkan lidahnya mengejek pemuda yang lebih pendek darinya.
"Aku tidak main-main ya! PAPA!!!" Pemuda pendek itu langsung nyelonong ke kamar orang tuanya tanpa mengetuk.
Tak memedulikan kedua orang tuanya yang sedang berpelukan mesra dibalutan selimut hangat, remaja pendek melompat ke pelukan lelaki cantik yang sontak saja terbangun dari tidur lelapnya, alih-alih marah Gulf balik memeluk tubuh kecil dibanding dirinya itu.
"Hic... Phi menjahiliku lagi." Dalam pelukan Papanya remaja tersebut terisak.
"Tidak Pa, dia saja terlalu cengeng." Suara bariton menginterupsi dari arah pintu yang terbuka lebar ulah pemuda pendek tadi.
"Aku tak cengeng, kau yang lancang mengambil gelangku!" berangnya dengan wajah masih ia sembunyikan di pelukan sang Papa.
"Astaga dua bocah ini," Suara khas orang bangun tidur terdengar di samping Gulf, "Kalian menganggu waktu cuddle Daddy dengan Papa saja." Saat Mew akan memeluk Suaminya dari belakang ia mendapat pukulan ringan di telapak tangannya.
"Sana bangun dan kerja, aku suka duit."
"Sayang... 5 menit lagi ya, duitku sudah banyak jadi tenang saja."
"Jangan banyak tingkah, Pak tua."
Mew yang mendapat penolakan itu lantas mencebik dan pergi ke kamar mandi sambil mengutuk kedua putranya pelan.
"Aku bisa mendengar ya, jangan umpati anakku seperti itu!"
Gulf berdecak, "Pria tua itu tidak pernah benar." Dia beralih ke putranya yang sekarang sudah berhenti terisak, "ian sekarang ke dapur ya, tunggu Papa menyiapkan pakaian Daddy dulu."
Anak laki-laki yang dipanggil ian itu lantas mengangguk menuruti perkataan sang Papa serta mendapat kecupan di dahinya. "Aku cinta, Papa."
"Papa juga cinta, Brian."
Gulf beralih melihat anak pertamanya. "Aron, kembalikan gelangnya ke adek ya."
"Ya, Pa." Dengan berat hati Aron mengembalikan gelang hitam yang dia ambil diam-diam saat berpapasan dengan ian.
"Wlekkk sukurin." Ejek ian yang langsung berlari ketika kakaknya berancang-ancang akan memukulnya.
Gulf bangkit dari tempat tidurnya hendak bersiap cuci muka dan gosok gigi. Namun terhenti karena Aron masih berdiri di tempat.
Dia pun bertanya, "Ada apa, Aron?"
"Papa belum memberiku ciuman pagi hari."
"Oh astaga, putraku kecilku ini sangat lucu." Gulf berjalan mendekati sang anak lalu memberikan kecupan pagi hari di dahi Aron meski sedikit susah karena harus berjinjit. Tinggi anak itu sudah melebihi Daddy-nya sekarang.
"I love you, Pa."
"Love Aron juga." Gulf memberi senyum manisnya tanpa keberatan, "sudah sana temani adekmu, jangan usili dia, kamu tahu sendiri gimana adekmu itu kalau ngambek."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] I Found You (MewGulf)
FanfictionPemuda yang memiliki pamor playboy dan berandal tak pernah membayangkan menjadi pihak bawah. Namun, seorang pria berbuntut satu membalikan dunianya begitu saja dengan lancang. Lantas, apa pemuda itu menerima kehadiran pria tersebut dihidupnya? "Papa...