Cerita ini belum end
Mew menatap datar orang pemalas yang menghiasi ruang tengahnya. Bungkus snack berceceran sana-sini dan ada manusia yang betah diantara rongsokan itu, siapa lagi jika bukan Gulf tengah bersantai bermain nintendo yang dia beli kemarin atas permintaan perlakuan cabul Mew pagi-pagi.
Kegiatan Gulf semenjak dirumah Mew sekedar bermain, makan, tidur dan bermalas-malasan. Oh, jangan lupakan bocah itu punya banyak permintaan yang sangat menguras isi dompet. Bilang saja tidak, bocah itu akan merengek mengajukan protes mogok makan dan tak mau sekedar menegur sapa dengan Mew. Nyaris membuat maid di rumah itu dibuat migrain mengurusi tamu tuannya. Tidak disangkal Mew juga dibuat kelimpungan, masalahnya dia sedang menampung anak orang jika dia menelantarkan begitu saja ia yang tidak enak dengan temannya; ibu Gulf.
"Kau tidak berniat membersihkan kekacuan ini?"
Gulf yang terfokus bermain menoleh sejenak sekedar melihat siapa yang mengajaknya berbicara lalu balik kembali ke benda persegi besar yang menampilkan game sedang ia mainkan, "ada bawahanmu yang siap membersihkan."
"Aku gaji mereka bukan untuk melayanimu."
"Tapi aku tamu mu disini jadi mereka juga harus menyambutku."
kalah telak, tidak salah juga pemuda itu, dirinya yang memperbolehkan tinggal tak mungkin ia menjilat luda sendiri.
Tersenyum puas saat tak ada tanggapan lain, "nanti naikan gaji bawahanmu ya paman jangan terlalu pelit pada mereka."
Sepanjang dirinya hidup tidak pernah ia temukan orang yang membantah atau terang-terangan mendebatnya sekalipun itu orang terdekatnya. Mereka tidak akan berani melakukannya karena sifat Mew yang begitu dewasa serta bijaksana berhasil disegani oleh orang lain.
Sedangkan bocah ini lihatlah dia bertindak semaunya tanpa aturan, untuk diatur saja dirinya akan di ajak aduh mulut lebih dulu. Ego yang membumbung tinggi Mew memaklumi itu, anak muda yang masih penuh gairah hidup yang besar. Asal tau sikap santun Mew bisa saja bersikap lebih terbuka.
"Nanti adikku akan datang kemari."
Mengangkat satu alisnya bertanya heran, "Ya, lalu?" tertera tulisan 'you win' di layar kaca televisi mendapat sorakan dari orang yang berasil memenangkan level paling susah di game.
"Aku hanya tak mau nanti kau hajar." Bagaimana tidak, sekretaris pria yang diperintahkan mengambil berkas tertinggal dimeja ruang kerjanya dipukul oleh balok kayu sama Gulf. Mew kaget melihat muka sekretarisnya datang-datang sudah babak belur tak karuan.
"Iya, maafkan aku waktu itu tidak tau." cicit Gulf.
"Aku mengajakmu bicara bocah, kau tau aturan tata krama saat diajak bicara bukan?" Gulf berucap tanpa melihat Mew sedari tadi yang membuat sedikit memancing kegeramannya.
"Hidup dibuat ribet hanya kau paman." tapi masih menuruti Mew tidak mau makin memperpanjang urusan lebih tepatnya.
Menatapnya lekat, "Iya, aku akan menyambutnya dengan baik... sangat baik."
Mew sadar ada nada sarkasme dari kalimat Gulf tapi memilih masa bodoh tak menanggapi, dirinya capek harus menghadapi pemuda ini yang mungkin jiwa pembangkang dan liarnya sudah mendara daging
"Tapi nanti malam aku akan ke—"
"Tunggu aku pulang jangan keluar rumah, aku tak mau kerepotan karena ulahmu." selah Mew.
pria tua itu tahu saja dirinya hendak keluar berenang-senang.
Decakan menguar, "Kau siapa bisa mengaturku?"
"Kau sedang menumpang disini ngomong-ngomong."
"Jika aku tak terpaksa tidak akan mau sekedar menginjakan kakiku di rumahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] I Found You (MewGulf)
FanfictionPemuda yang memiliki pamor playboy dan berandal tak pernah membayangkan menjadi pihak bawah. Namun, seorang pria berbuntut satu membalikan dunianya begitu saja dengan lancang. Lantas, apa pemuda itu menerima kehadiran pria tersebut dihidupnya? "Papa...