40. Sepotong Kenangan

883 99 60
                                    

Lingga dan Livy kembali ke rumah sakit mengingat karena malam ini merupakan jadwal keberangkatan Cessa ke Singapura.

Tidak ada yang tahu pasti kapan Cessa akan kembali. Bahkan bisa saja tidak akan pernah kembali mengingat Anthony pun tinggal menetap di negara itu.

Mereka sampai bertepatan dengan Eagan yang baru saja menutup pintu ruangan itu. Raut kaget sempat tersirat jelas dari wajah lelah yang menghiasi wajah tampannya.

"Hai, kak Eagan. Kapan kakak sampai Indonesia?" sapa Lingga sembari mengulurkan satu tangannya.

Eagan menyambut hangat uluran itu. "Hai. Belum lama, baru beberapa jam deh kayaknya." kata Eagan dengan tenang sembari melirik arloji di tangan kirinya.

"Ini?" tanya Eagan dengan tatapan beralih pada Livy.

"Oh, dia teman Cessa, kak."

Livy mengulurkan tangan, dan Eagan menjabatnya. "Livy. Nice to meet you."

"Eagan."

Eagan tersenyum simpul. "Kayaknya lebih dari teman, deh. Abisnya, tahu sendiri 'kan, kakek Anthony bakal marah besar kalau orang asing ada di saat seperti ini. Yaa.. you know? ini kan menyangkut nama baik keluarga juga."

Lingga masih dengan sikap tenangnya. Menangkap maksud Eagan ke arah mana. Lingga juga paham lelaki itu tengah memperingatinya.

"Dia sahabatnya Cessa. Sekaligus pacarku juga. Kalau aku bawa dia ke sini, berarti aku bisa jamin kalau dia bukan teman yang palsu. Kakak tenang aja."

Di kalangan seperti mereka, kebanyakan hubungan pertemanan hanyalah sebuah kepalsuan belaka.

Selain sebagai tempat terbaik untuk pamer, dan berkompetisi dalam berbagai sisi, pertemanan di kalangan atas juga diperuntukan untuk membangun kolega agar dapat menjalin hubungan simbiosis mutualisme ke depannya.

Maka dari itu, bisa mendapatkan sahabat di kalangan mereka seperti mencari jarum di tumpukkan jerami. Hampir tidak mungkin.

Itulah salah satu alasan mengapa Eagan sangat menghargai sebuah persahabatan.

Mendengar penjelasan Lingga, Eagan hanya mengedikkan bahunya. "Syukurlah. Well, nggak semua orang asing bisa masuk lebih jauh. Gue harap, cewek lo ini bisa menempatkan diri dengan baik."

"Cih." Livy berdecih kemudian mencebik. Ucapan sarkas Eagan benar-benar membuatnya tersinggung.

"Hey, serius. Anthony Joseph bukan tipe orang yang toleran. Jadi gue ingetin..."

Mata Eagan menyipit terkunci pada Livy. "Jangan sampai, lo terlalu setia kawan sampai-sampai berita ini bocor ke luar. Karena kalau itu sampai terjadi.. Yang pertama kali kena, itu pasti cowok elo. Bahkan imbasnya bisa sampai ke keluarga lo."

Ucapan yang mengandung sedikit ancaman halus itu, cukup untuk membuat Livy bergidik. Namun, Livy memilih untuk tidak mengatakan apa pun.

Mereka baru pertama kali bertemu, wajar saja Eagan tidak akan begitu saja memercayainya.

Eagan memasukan satu tangan dalam saku celana. "Mainan si Aksa itu contohnya. Bukannya dia teman kalian juga?"

Livy dan Lingga sempat berkerut kening sebelum akhirnya mengerti siapa yang Eagan maksud.

Mengingat bahwa parasit seperti itu memang selalu ada, Eagan berdecak sembari menggeleng pelan. "Ck, hari gini masih aja kena demam cinderella syndrome."

Yang Eagan maksud adalah Rea.

Lelaki itu sungguh tidak habis pikir bisa-bisanya Rea mau saja menjadi selingkuhan Aksa.

BREATHLESS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang