14- Memori Hitam

1.3K 134 133
                                    

"Gak perlu lo sama Della lakuin pun, dia udah sering dapetin hal itu. Hampir setiap hari, selama tujuh belas tahun."

———

— Breathless (Losing You) —Memori Hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Breathless (Losing You) —
Memori Hitam

"Aku akan menjadi kuat, menjadi hebat.
Menjadi perisaimu.
Melindungimu dari semua orang.
Termasuk ... dia."

- Xadewa Arsenio -

***

Gia memberanikan diri mendongak. Menatap mata elang yang menguncinya dengan tatapan sarat akan kepedihan.

Cengkraman Dewa di kedua bahunya menguat. Bahkan Gia merasa bahunya sedikit berguncang, saat Dewa mulai mendongengkan memori hitam yang sebenarnya tak pernah ingin ia bagi pada siapapun.

"Lo tumbuh di keluarga yang penuh cinta, Gi. Lo gak akan pernah bayangin kesakitan apa aja yang harus lo jalanin saat—saat bokap lo sendiri, ngebenci lo. Bahkan dari pertama kali lo ketemu dunia ..."

"APA INI, HAH?!" Daniel meremas kertas itu lalu melemparnya tepat ke wajah Cessa.

Cessa hanya menunduk dalam, memejam takut. Meski terbiasa, tetap saja amukan sang ayah adalah hal paling mengerikan baginya. 

Tidak, bagi Cessa, Daniel bukanlah papanya. Bagi gadis kecil itu, Daniel adalah mimpi terburuk yang dikemas dalam figur seorang ayah.

"Nilai raport rata-rata cuman 7.5 ... Kamu mau mengolok-ngolok saya, hah?! Kamu saya sekolahkan mahal-mahal, bukan untuk jadi manusia bodoh seperti ini!" Telunjuk Daniel mendorong kening Cessa.

Gadis kecil itu menutup kedua matanya dengan satu tangan. Menangis terisak, itulah yang ia lakukan. Satu tangannya yang lain meremas kuat rok sekolahnya.

Percuma. Mau ia rajin belajar, mau nilainya bagus sekalipun percuma saja. Ayahnya tetap memarahinya.

Kalau begitu, untuk apa ia susah-susah meningkatkan nilainya selama ini? Jika hasilnya tetap sama saja.

Ini bukan perkara nilai.

Mau nilainya 100 pun ayahnya tidak akan pernah melunak. Karena pada dasarnya—Daniel memang membencinya.

"Sini kamu!"

Daniel menyeret gadis berusia sembilan tahun itu ke dalam kamar. Kamar ala princess bernuansa putih itu adalah teman dari jerit tangisnya selama ini.

BREATHLESS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang