29- Hari Pembalasan

1.3K 115 61
                                    

Hallo, jangan lupa tekan bintang di bagian kiri bawah biar makin semangat up. Terimakasih untuk dukungannya^^

***

"Princessa adalah seorang public figure. Apapun yang bersangkutan dengannya, pasti akan menimbulkan dampak besar." Ferdy Noermantyo, dekan falkustas tempat Rea mengeyam pendidikkan menghela napas pelan sembari melepas kaca mata yang bertengger di hidungnya.

Rea hanya mampu menunduk sembari memilin jari diantara kedua paha, tak memiliki keberanian untuk menatap dekannya yang kini tengah menyandarkan punggung sembari memijit pelan hidungnya.

Keringat dingin mulai membasahi kedua telapak tangan. Rea tak mengerti, kenapa dampaknya bisa sampai sejauh ini.

Melihat sebuah kertas putih dilipat disodorkan kepadanya, sontak membuat Rea mendongak. "Apa ini pak?" Tanya Rea sembari meraih kertas itu dengan tangan yang sedikit gemetar.

"Skandal kamu telah mencoreng nama fakultas. Dengan berat hati, Yayasan memutuskan untuk mencabut beasiswa kamu."

Rea merasa dadanya dihantam batu besar. Ia merasa seolah sesuatu mencekik jantungnya dari dalam.

Apakah sefatal ini? Ia benar-benar tidak terima. "Tapi, pak. Setelah banyaknya prestasi yang saya torehkan—"

"Aksa Mahatma bahkan bertelanjang dada dalam video tersebut, Rea! Dan dalam video tersebut, kamu bermesraan dengannya, bahkan menjadi duri dalam hubungan orang lain..."

"... Apakah kamu pikir itu pantas dilakukan oleh seorang penerima beasiswa dengan sejuta tauladan yang harus ia emban?!!"

Setelah sempat menegakkan tubuhnya, lelaki paruh baya itu kembali menyandarkan punggung pada kursi kebesarannya. "Kamu tahu betul, seorang penerima beasiswa pantang untuk melanggar peraturan."

"Apalagi terlibat skandal, itu sangat memalukan." Ferdy menutup kalimatnya dengan satu helaan napas panjang.

"Pak, tolong—"

"Sangat disayangkan sekali, melihat besarnya potensi yang kamu miliki." Ferdy memang sangat menyayangkan atas hal ini.

"Pak, apa tidak ada yang bisa saya lakukan?"

Ferdy melirikkan ekor matanya pada salah satu mahasiswi kebanggaannya tersebut. Menyorot prihatin sekaligus menyayangkan karena gadis potensial sepertinya harus berurusan dengan orang-orang yang penuh dengn dominasi dan kekuasaan.

"Sebenarnya, jika saja yang terlibat bukan dari kalangan mereka, mungkin saja sanksi yang kamu terima tidak akan sefatal ini, Reana."

Rea berkerut alis. "Maksud bapak?"

.

———

.

Menutup pintu perlahan, Rea keluar dari ruangan dekan dengan muka kusut. Takut dan bingung akan reaksi orangtuanya nanti saat mengetahui akan hal ini.

Tidak hanya beasiswanya saat ini, tapi program beasiswa S2 ke Stanford University yang telah ia dapatkan dengan darah dan air mata juga terlepas dari genggaman.

Rea juga mendapat kabar dari ketua HIMA, bahwa jabatannya telah dicopot. Bahkan, ia tak lagi menjadi bagian dari organisasi tersebut.

Langkah Rea terhenti saat sepasang sepatu berdiri tepat menghalangi jalannya. Menaikkan pandangan, rupanya seseorang yang ia kenal tengah berdiri gagah dihadapannya dengan kedua lengan menyilang di dada.

Kacamata hitam bertengger manis di hidungnya. Setelan kaos hitam lengan panjang dengan celana jeans, serta ransel di pundak kanan. Membuat aura dominannya menguar kuat. Kentara dengan sosoknya yang memang penuh dengan kuasa.

BREATHLESS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang