Warning! Yang merasa dibawah umur atau tidak suka adegan konten, harap skip part ini. Terimakasih^^
*
"Cinta memang bisa membutakan segalanya."
-Princessa Elliazer-
***
"Welcome home, Princess!" Ungkap Aksa ketika tangannya membuka handle pintu.
"Ini Apartemen kamu! Bukan rumah aku," jawab Cessa sekedarnya sembari memutar bola mata.
Aksa hanya mengedikkan bahunya acuh. "Mine is yours," ucapnya sembari menutup pintu.
Sesuai janji, ia pulang bersama Aksa. Namun, bukannya mengantar ia pulang ke rumah, Aksa malah membawa Cessa ke Apartemen miliknya.
Belum lama ia kembali ke Indonesia, bahkan belum seminggu ia berkuliah di Universitas Moonlight.
Baru kali ini ia kembali mengunjungi tempat ini, setelah dua tahun lamanya ia pindah ke London.
Bahkan, Cessa belum sempat memiliki quality time bersama Aksa sekembalinya ia dari Inggris.
Terlebih, hubungan mereka sempat rusak beberapa bulan ke belakang.
Cessa mengedarkan pandangan, menatap sekeliling.
Tidak ada yang berubah dari tempat ini, bahkan letak furniturenya tidak ada yang bergeser sedikitpun.
Semua masih sama, seperti empat tahun lalu.
Seolah dapat menebak isi kepala Cessa, lelaki itu tersenyum simpul. "Gak ada yang berubah setelah kamu pergi."
Kemudian Aksa mendekat, menatap lekat tubuh mungil itu dari belakang. Ia rangkulkan kedua lengannya di leher Cessa. Memeluknya, dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.
Tercium aroma vanilla bercampur lemon, segar dan manis. Khas seorang Princessa. Aroma tubuh yang selalu ia rindukan, membuatnya menggila dan mendamba sentuhannya.
"Tepatnya, aku gak pernah mau ada yang berubah, termasuk kita."
Semua masih segar dalam memori Cessa, kebersamaan yang ia lalui bersama Aksa, Dewa, Chen dan Diaz, ketika mereka masih SMA.
Tak lama berselang, hawa di ruangan itu seketika panas. Bahkan Cessa merasa paru-parunya menyempit ketika Aksa mencium lembut bahunya, mengendus setiap senti leher jenjangnya, lalu naik ke telinga, memberikan gigitan-gigitan kecil di sana, membuat Cessa kesulitan bernapas.
Hidung mancung itu begitu menggoda Cessa untuk mendesah, ingin sekali ia gigit hidung nakal itu.
Aksa terbawa suasana, ia mulai memberikan kecupan-kecupan ringan di leher jenjang ini.
Cessa pun terkekeh geli. "stop it! Aksa, please..."
Lelaki itu malah ikut terkekeh dibalik ceruk leher Cessa, "Poor you, Princess. I don't think so, actually."
Aksa sudah bertekad, ia harus memperbaiki apa yang sempat rusak beberapa bulan lalu.
Hubungannya dengan Cessa, tentu saja.
Ia harus memperbaikinya sekarang, sebelum muncul orang baru yang akan mempersulitnya mendapatkan kembali sang tuan puteri.
Tuan puteri manja ini hanyalah miliknya seorang.
Dering telpon yang berasal dari slingbag Cessa membuyarkan suasana.
Tak ingin merusak apa yang sudah ia mulai, dengan tergesa Aksa mengeluarkan ponsel tersebut dan melemparnya ke sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATHLESS [Remake]
Romansa"Cause you are my breathless." --Breathless-- *** Memiliki kekasih dengan kepossesifan tingkat neraka, membuat hidup yang sudah Cessa tata sedemikian rupa menjadi kacau tak karuan. Ini tentang toxic relationship seorang Aksa Mahatma pada Princessa...