23- Topeng

1.2K 111 157
                                    

Ini penyakit aku kmarin², juga skrg ini 👇🏻
true bgt sumpah :( jd mon dimaklum banget atas slownya update'an story ini:"

Meski kerangkanya dah ada, bahkan sampe ending, tetep aja adegan per adegannya mesti dibayangin dan klo moodnya gaada tuh syusaaahhhnyaa ampun bgt:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski kerangkanya dah ada, bahkan sampe ending, tetep aja adegan per adegannya mesti dibayangin dan klo moodnya gaada tuh syusaaahhhnyaa ampun bgt:")

Happy reading ❤

——

-

"It's over. Semuanya selesai. Persahabatan kita, juga hubungan elo sama adek gue."

***

Aksa terlihat berang dengan sorot melotot tajam. Mengusap sudut bibirnya yang berdarah, ia berdecak pelan sembari tersenyum hambar. Ini bukan kali pertama mereka berkelahi. Biasanya hanya adu jotos saat sedang emosi tanpa benar-benar berniat melukai.

Namun kali ini berbeda, Dewa nampak sekali ingin menerkamnya hidup-hidup. Bahkan mungkin, ingin sekali membunuhnya, "Our relationship, it's out of your business." Aksa menggeram pelan.

"Jelas itu urusan gue," Dewa menukas tajam. Tak ada lagi kesan jenaka yang biasanya selalu ia tunjukkan pada sahabatnya itu. "Gue juga bakalan pastiin buat usir elo jauh-jauh dari hidup dia!" seru Dewa dengan lantang sembari menunjuk tepat ke arah Aksa.

"Ayo," kata Dewa pada Cessa menggenggam jemarinya penuh hangat.

"Dia yang mulai duluan," desis Aksa tak kalah tajam. Dewa yang hendak pergi pun urung, menatap Aksa dengan dahi berkerut dalam. Menuntut penjelasan. "Dia yang selingkuhin gue duluan," aku Aksa kemudian.

Seruan itu membuat langkah Dewa terhenti. "Anjing! Adik gue gak semurahan itu!" Dewa melangkah sangat cepat sampai Aksa tidak bisa mengantisipasi saat lelaki itu kembali melayangkan tinjunya.

Perkelahian kembali terjadi dengan Dewa yang menyerang membabi buta. Sementara Aksa pun kini tidak mau kalah, beberapa kali mengelak bahkan tak jarang membalas Dewa— hingga luka, lebam, dan darah mengihasi wajah dari sahabat, sekaligus kakak dari pacarnya itu.

Diaz segera maju menahan tubuh kokoh Dewa karena nampaknya Cessa sudah sangat kewalahan menghadapi kemarahan kakaknya. "Wa, enough." kata Diaz dengan suara serak dan dalam.

"Gue gak peduli, Yaz, bahkan kalo si bangsat ini sampai mati sekalipun!" Dewa terlihat semakin hilang kendali dengan meronta sekuat tenaga untuk kembali menyerang Aksa.

"Wa, dengerin gue! Gue yakin semua ini cuman salah paham. Elo tahu sendiri, 'kan, Aksa itu possesifnya gimana sama adik lo," Diaz berbisik tepat di telinganya, mencoba menenangkan Dewa.

Dewa meludah sembarang saat merasa darah mulai terasa di mulutnya akibat salah satu pukulan telak dari Aksa tadi. Kemudian menatap tajam mantan sahabatnya itu, tanpa berniat merespon pernyataan Diaz.

BREATHLESS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang