8- Kenangan Masa Lalu

1.9K 175 143
                                    

Lima tahun yang lalu..

"Kakak!"

Dewa yang sedang men-dribble bola, sontak menoleh. Menaikkan alisnya, mendapati sang adik berdiri di sisi lapangan mengenakan seragam basket yang serupa dengannya.

Sore itu Dewa, Aksa, Chen, Diaz, dan Eagan sedang bermain basket di lapangan sekolah. Kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan setiap sore di akhir pekan.

Mengenai seragam basket Cessa, gadis itu memang selalu dibuatkan juga setiap kali Dewa dan gengnya membuat atribut. Entah itu seragam, jaket, gelang, atau semacamnya.

Dewa memberikan bolanya pada Aksa, menghampiri Cessa di sisi lapangan. "Kamu mau ikutan main juga?" Tanya Dewa dengan sapuan halus di puncak kepala gadis itu.

Cessa mengangguk antusias. "Hm. Acara perpisahan nanti, kelasku ikut turnamen basket. Aku harus banyakin latihan."

"Hey, Princess!"

"Eh, ada Cessa."

"Wah, tumbenan nih tuan puteri nyamperin ke sini."

Teman-teman di belakang Dewa saling menyahut.

Dewa hanya mengacungkan jari tengah setinggi-tingginya pada mereka, tanpa sedikit pun menoleh.

Dewa mengaitkan jemarinya pada jemari tangan Cessa, kemudian berbalik dan membawa gadis itu ke tengah lapangan- tempat teman-temannya berada.

"Kalian istirahat dulu aja, gue mau nemenin adek gue latihan basket."

Cessa- yang notabennya seorang gadis yang baru saja lulus dari jenjang SMP, tentu tidak akan bisa mengimbangi para anak lelaki yang baru saja naik ke kelas dua belas SMA ini.

Tidak akan seimbang jika Cessa bermain dengan mereka, maka dari itu Dewa memutuskan agar dirinya saja yang menemani gadis itu berlatih.

Mereka tidak banyak berkomentar, karena memang sudah dua jam bermain dan beristirahat sekarang tidaklah masalah.

Saat yang lain mulai menyisi, Aksa masih bergeming. Menatap fokus pada gadis itu dengan bola basket di tangan.

Kerutan dalam membingkai dahi Dewa, ada apa dengan Aksa?

"Gue aja yang ajarin." Kalimat itulah yang Aksa katakan pada Dewa tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan.

Alis Dewa terangkat sempurna. Jelas sekali menunjukkan raut penuh tanya pada sahabatnya itu.

Sejak kapan lelaki itu memiliki kepedulian lain pada adik kecilnya?

Namun, malas untuk berdebat, kalimat itu hanya Dewa angguki sebagai jawaban.

Membalik badan, kemudian menunduk menatap sang adik yang hanya sebatas bahunya. Ia berkata, "sama kak Aksa latihannya, gak apa-apa kan? lagian, kapan lagi coba, kamu bisa dilatih sama bintang basket sekolah?"

Perlahan sebuah senyuman lebar Dewa dapati dari wajah cantik adiknya, kemudian gadis itu mengangguk dengan semangat.

BREATHLESS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang