Lingga tak henti-hentinya melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Ia sedang berhenti di pom bensin karena Livy mengeluh ingin buang air kecil.
Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sebenarnya Lingga sudah berada di sana, namun saat ia mengabari Livy perihal Cessa, gadis itu meminta Lingga menjempunya segera.
Astaga! Livy lama sekali!
Sembari menunggu Livy, Lingga merogoh ponsel dalam saku celana jeans-nya. Lelaki itu mendesah kesal, Dewa bahkan belum memberinya informasi terbaru mengenai Cessa.
Akhirnya Livy pun keluar dari bilik wc dengan tergesa-gesa. Bahkan gadis itu lupa menaruh uang di kotak amal. Alhasil, gadis itu kembali berlari lalu menyelipkan uang tersebut dan kembali pada Lingga.
"Kita harus cepat, udah mau jam pulang kerja. Pasti bakalan macet nanti," kata Lingga sembari menyerahkan helm pada Livy.
Saat Livy dan Lingga sama-sama tengah sibuk mengenakan helm, fokus mereka terarah pada jalanan saat suara sirine polisi samar-samar mulai terdengar.
Baru Lingga perhatikan, jalanan tiba-tiba lengang. Seakan sengaja dikosongkan.
Lalu, satu mobil polisi melintas, memandu jalan sebuah mobil mewah yang diiringi dua buah sedan hitam di belakangnya.
"Wah, pasti pejabat. Atau orang penting. Sampai dikawal sama polisi kayak gitu," celetuk Livy tanpa memerhatikan raut Lingga yang berubah jadi tegang saat iring-iringan tersebut melintas.
Menengok ke arah Lingga yang sama sekali tak menyahutinya, Livy berkerut alis saat wajah Lingga tampak pucat pasi.
"Hey, kenapa sih, yang?"
Lingga mengerjap. Kemudian segera menyalakan mesin motornya saat Livy sudah siap di bangku penumpang. Ia hafal plat nomor mobil mewah yang tengah dikawal tersebut.
"Ck. Makin ribet urusannya." Lingga hanya bergumam sebelum kemudian melajukan motor membelah jalanan ibu kota.
Sepanjang perjalanan, Lingga tidak banyak bicara. Livy dibuat semakin penasaran.
"Ada apa, sih? kamu kayak tegang banget gitu." Livy sedikit berteriak karena kondisi jalanan yang cukup ramai.
"Yang jelas, semuanya bakalan makin ribet, Liv. Aku nggak tahu apa yang bakal terjadi ke depannya." Lingga berucap tak kalah nyaring dibalik helm full face-nya.
Livy memukul gemas kepala berbungkus helm di hadapannya. "Jelasinnya yang lengkap dong, beb. Jangan setengah-setengah. Mudeng nih, pala incess!" Livy mendengus kesal.
Lingga malah tertawa ditengah padatnya jalanan ibu kota.
"Malah ketawa lagi!"
Sampai di pelataran halaman parkir rumah sakit, Lingga menepikan motornya. Setelah melepas helm, akhirnya ia kembali angkat suara.
"Nggak akan sempat kalau ceritain semua. Yang jelas, bakalan ada yang turun tangan. Nanti, saat ketemu dia, kamu harus plester mulut kamu, Liv. Jangan bicara sembarangan."
"Hah?" Livy hanya memasang wajah cengo. Bingung dan tidak dapat mencerna apa yang Lingga ucapkan padanya.
Lingga menarik lengan mungil itu untuk segera memasuki area rumah sakit. "Nanti kamu juga bakalan tahu. Pokoknya, kamu jangan asal bicara depan dia. Bahaya, pokoknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATHLESS [Remake]
Roman d'amour"Cause you are my breathless." --Breathless-- *** Memiliki kekasih dengan kepossesifan tingkat neraka, membuat hidup yang sudah Cessa tata sedemikian rupa menjadi kacau tak karuan. Ini tentang toxic relationship seorang Aksa Mahatma pada Princessa...