27- Menyesal

1.3K 126 88
                                    

Hai, maaf ya kelamaan ngilang. Semoga masih ada yg mau baca cerita ini. :')

Percaya atau nggak,
satu komentar atau bintang dari kalian bisa kasih power buat nulis sampe lebih dari 2000 kata :)

Happy reading, dan jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih^^

***

"Sepertinya aku terlambat
memulai semuanya, dan aku menyesal."

-Reana Juwita

***

Rea berjongkok memeluk lutut di atas trotoar jalanan tak jauh dari kawasan elit apartement Aksa. Wajahnya tampak sangat muram, bahkan masih tersisa bekas air mata di ujung kedua pelupuk matanya.

Pandangannya lurus menatap kosong jalanan, tak ia hiraukan lalu lalang kendaraan yang melintas di depannya. Pejalan kaki pun nampak tak peduli akan keberadaannya.

Seseorang telah menjambret tasnya. Teriakan minta tolongnya seolah angin lalu. Terlebih, wilayah sekitar apartement Aksa tergolong kawasan elit.

Kebanyakan orang kaya diciptakan angkuh. Hanya segelintir orang yang memiliki empati menolong orang asing. Bahkan, banyak yang memilih tidak peduli.

Matahari semakin merangkak ke puncak menandakan hari sudah mulai siang. Pikirannya tak menentu arah. Tak bisa menghubungi siapapun karena ponselnya ikut raib, ia pun tak menyimpan uang sepeser pun di saku celana jeans boyfriend yang saat ini ia kenakan.

Rea menyeka keringat yang mulai mengucur di pelipisnya dengan satu tangan lain mengipasi wajah. Hari semakin panas, dan ia tak mungkin terus terlunta-lunta seperti ini.

Sudah beberapa jam ia menunggu, namun entah ini hari sialnya atau memang kawasan apartement Aksa yang kurang strategis, tidak ada satu pun taxi kosong yang melintas.

Menyerah, gadis itu pun memutuskan untuk kembali ke apartement Aksa. Rasa malu pun mau tidak mau harus ia enyahkan dahulu.

Rea hanya ingin pulang, dan ia berharap semoga Aksa masih memiliki secuil rasa empati terhadapnya dengan mengantarkan ia pulang ke rumah.

Baru saja hendak beranjak, klakson sepeda motor bersamaan dengan berhentinya sebuah kendaraan tepat di depannya sontak menghentikan pergerakan Rea.

Mesin motor telah dimatikan, gadis itu pun mendongak. "Kamu?!"

"Hai. Kamu ngapain duduk di pinggir jalan gitu?" Sapa si pengendara setelah melepas helm full facenya. Ia tampak tersenyum canggung sembari mengusap tengkuknya.

Gadis itu membuang wajah. "Aku habis dijambret," jawab Rea lesu. Wajahnya tampak kusut.

"Yaudah..." Lelaki itu tampak turun. Kemudian meraih helm yang bertengger manis di bagian belakang motornya. "Ayok, aku antar," sambungnya.

Rea membuang jauh segala gengsi dan rasa malu dengan menerima helm itu kemudian mengenakannya.

Tak banyak obrolan yang tercipta sepanjang perjalanan. Rea baru kembali membuka suara saat motor yang ia tumpangi malah menepi di sebuah pedagang bubur kaki lima.

BREATHLESS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang