38. Dia Datang (3)

896 103 81
                                    

"Cause you're my breathless.
Kamu napasku yang menyesakkan."

- Eagan Demitria Kitano


🦀🦀🦀

Eagan sampai di Indonesia beberapa jam menjelang keberangkatan Cessa ke Singapura.

Rasa lelah akibat perjalanan udara selama hampir 15 jam lamanya tak sekali pun menyurutkan niatnya untuk segera menuju lokasi rumah sakit yang diinformasikan oleh Lou.

Fokusnya hanya pada Princessa saat ini.

Bagaimana bisa gadis itu sampai melakukan percobaan bunuh diri dengan mengiris nadi dan meminum puluhan obat penenang?!

Mengingatnya, membuat Eagan kembali dirundung amarah yang besar.

Aksa Mahatma.

Lihat saja, bagaimana Eagan akan membuat lelaki itu menyesal.

Eagan mendapati gadis itu tengah duduk membelakanginya sesampainya ia di rumah sakit. Surai panjangnya menjuntai tak beraturan menutupi punggungnya.

 Surai panjangnya menjuntai tak beraturan menutupi punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selang infus tak lagi melekat di pergelangan tangannya. Kini yang tersisa hanya perban yang membalut leher dan pergelangan tangan kirinya.

"Gue kira lo nggak bakalan datang,"

Dewa menepuk punggung Eagan saat lelaki itu hanya mematung di pintu ruangan.

Eagan menoleh, pandangannya lurus pada Dewa kemudian menyisir turun hingga kaki lalu kembali ke atas.

Agak kaget sebenarnya saat mendapati tampilan Dewa dari ujung kepala hingga ujung kaki yang bisa dikatakan sangat berantakan.

Rambut yang tidak disisir, baju kusut, wajah lelah dengan mata berkantung. Eagan bahkan bisa menebak bahwa lelaki ini pasti belum mandi.

Eagan menghela napasnya pelan, benar-benar seorang kakak yang berbakti.

Dibalik sikap kasar dan tempramentalnya, Dewa begitu menyayangi adik satu-satunya itu.

"Gimana perjalanan lo? Long time no see, brother. Right?" Dewa kembali bersuara.

Sementara Eagan hanya memutar bola matanya malas. "Nggak perlu basa-basi busuk sama gue, Wa. Gue cringe dengernya."

Dewa tersenyum kecil, kemudian fokusnya berubah lurus menatap sendu adiknya yang masih betah menatap kosong hamparan gedung-gedung pencakar langit yang tersuguh dibalik jendela ruangan itu.

"Dari kemarin dia cuma kayak gitu. Siapa pun yang ngajakin ngobrol, dia nggak nyahut." Dewa berkata dengan helaan napas berat, ada rasa lelah yang tersirat dalam bicaranya.

Eagan ikut memerhatikan Cessa kembali. Ikut terenyuh melihat bagaimana Princessa bisa sampai jatuh ke level terendah keputus-asaan.

"Permisi."

BREATHLESS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang